Senin, 22 Mei 2017

Sajak-sajak Kakanda Redi

*pernah dimuat di www.saibumi.com

Seperti Ada yang Mengetuk Pintu
mungkin inilah sajak penghabisan yang kerap menjelma sebagai malam-malam yang penuh debar. sajak yang melarung rupa bayangmu yang hanyut oleh detik-detik berdetak dan kian samar. sedang di hatiku seperti ada yang bertamu. mungkin itu waktu. entahlah. mungkin dendam yang terkapar. entah juga. mungkin masa lalu yang terbakar. mungkin iya.
di luar, seperti ada yang mengetuk pintu. aku mulai tak sabar. larut oleh segenap ingat dan kenang yang kembali. pulang menampar. ingin segera kubuka. mungkin itu waktu. entahlah. mungkin iya. mungkin. aku mulai tak sabar.
tapi aku diam di sudut lembar-lembar kenang. jatuh gemetar. kenang memudar. dan di luar, seperti da yang mengetuk pintu. mungkin masa lalu yang terbakar. mungkin iya.
(mempawah)
12 – 2013

Di Mana Kau?
subuh yang teduh. khusyuk yang penuh. serupa sepi, air mata jatuh diam-diam seirama dengan jiwa yang luruh. pencarian tanpa jenuh. tapi di mana kau?
pagi terlampau lekas pergi. siang melenggang tenang tanpa sekelebat pun bayang-bayang. malam diam tenggelam dalam. tapi di mana kau?
aku memejamkan mata!
(mempawah)
12 - 2013

Pravita #4
aku ingin menulis puisi. dari sisa bunyi lonceng sebelum perjamuan dimulai. bait demi bait kubacakan dengan penuh debar. padahal seumpama dongeng, puisiku adalah sebuah kembara yang menjemput senja, yang singgah di pelataranmu, menerjemahkan lagi senyummu yang ranum.
aku ingin menulis puisi. kenangan tentang kisah-kisah para penyair sepi yang kau ceritakan malam tadi, biar kuceritakan lagi di sini. sembari meneguk hangat secangkir kopi yang kau racik dalam hangat sebuah genggam jemari.
bersamamu, aku selalu ingin menulis puisi.
(pontianak)
10 – 2014

Pravita  #5
tinggal aku yang bertanya; masihkah kau suka membaca sajak cinta yang aku cipta, pravita? setelah cahaya yang tertinggal di kerjap mataku hanya sisakan kerdip yang luka. wahai pravita. tinggal aku yang merasa menjelma sebagai gelombang badai. sedang kau diam seumpama sunyi senyap tepi sebuah pantai. wahai pravita. tinggal aku yang sebentar lagi mati sendiri. mati dalam sajak yang aku cipta sore ini.
(pontianak)
02 – 2015


Hikayat Kesepian
sekuntum percakapan yang kita cipta jelang pisah tempo hari, masih lekat dalam kenang.  kau diam. aku diam. lalu kesedihan tumpah dalam sajak yang mengharu. setelahnya, kita kerap merapal kalimat-kalimat rindu yang usang. tapi tidak bagi kita. sejatinyalah ia akan kerap terucap setiap gelap lekat menyergap. oh… pelabuhan mimpi. usah lagi kau layarkan hikayat percintaan yang memang sudah salah sejak mukadimmah. ibarat gelombang yang terlanjur menerpa, susah payah kita kembalikan segala yang terserak ke tempatnya semula. dan tinggal kita yang sibuk menandai. bahwa sejatinya kesepian dan patah hati sudah kita mulai.
(kota baru)
06 – 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kakanda Redi; Resa dilukis

Kakanda Redi; Resa dilukis
Anak Papito udah gede. Tambah cantik :-*

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie
Pulang dari Pantai Kinjil, Ketapang

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie
Ada kucing kesayangan Resa nih.

Kakanda Redi; Resa

Kakanda Redi; Resa
Resa di ruang kerja Mr. Obama

Pondok Es Krim RESA Mempawah

Pondok Es Krim RESA Mempawah
Di-launching tanggal 12 Juni 2017

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Pondok Es Krim Resa Mempawah

Pondok Es Krim Resa Mempawah
Kami menawarkan tempat nongkrong lesehan yang Insyaallah nyaman dan santai. Mari berkunjung di pondok kami. Jalan Bahagia Komp. Ruko 8 Pintu, Mempawah.

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Dinda Risti turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Rhein Reisyaristie turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Mas Redi dan De' Yun

Mas Redi dan De' Yun
Lagi jalan-jalan di Wisata Nusantara Mempawah