Rabu, 28 Januari 2015

Gerimis di Luar Sana






Kata Mereka [2]





Kisah-kisah yang tampil di novel ini sungguh memikat. Percaya sama saya, dengan membaca halaman pertama, maka kamu akan ketagihan untuk terus membuka dan membaca halaman selanjutnya.
Willy ‘orochi’ Tamara
Staf IT di Ganesha Operation Pontianak

Seru, Papiiii… seruuuuuuuuuuu… sumpah, novel ini seruuuuuuu. Aku sudah baca dua kali loh, Papi. Papi memang keren. Terus berkarya ya, Papi.
Faqih Kartika Kurnia
Mahasiswa. Kuliah di UNIMAS Malaysia.

Karya Redi jelas mendeklarasikan kemampuannya menyampaikan kehidupan dalam rupa tulisan-tulisan bernyawa. Kecintaannya adalah menulis dan dia tidak setengah-setengah dalam menggelutinya.
Tetty Maria
Tentor Bahasa Inggris di Gaanesha Operation Pontianak

Jika pada akhirnya novel ini benar-benar cetak ulang, itu saya sudah menduganya. Yang belum terjadi adalah: lahirnya sekuel dari novel ini. Semangat, Cuy…
Dewi Mustikasari
Penulis buku kumpulan puisi Catatan Hati

Imaginatif. Titik.
Fitri Notodiwiryo
Kepala Unit GO Sungai Raya Dalam Pontianak

Campur aduk. Lucu. Tegang. Ngeri. Sedih. Novel yang bagus. Saya suka.
Evarista Dini Octavia
Tentor Kimia di Ganesha Operation Pontianak

Ini buku apa ya??? Gak ada ilmu tajwid-nya. Tapi saya baca sampai habis kok.
Nugraha Aji
Guru ngaji di musholla sebelah rumah, tinggal di Rasau Jaya

Meskipun bahasanya remaja banget, buku ini cocok kok untuk segala usia. Pemilihan alur yang unik, nyambung dari satu bab ke bab yang selanjutnya, semakin membuat novel ini nikmat untuk dibaca.
Yunristianingsih
Guru di SMP Negeri 3 Mempawah Timur

Cie cie cieeee… (numpang lewat)
Ahmad Musthafa
Tentor Fisika di Ganesha Operation Pontianak

Persahabatan ya kayak gini nih. Gak melulu kompak. Gak melulu satu tujuan. Berantem itu kadang-kadang perlu dalam temenan. Tapi endingnya jelas, bahwa temenan itu adalah gimana caranya kita berusaha kompak untuk satu tujuan. Novel yang cakep dan bahasanya renyah kayak krupuk abis digoreng. Sip dah.
Oni Trifioni
Kepala Bagian Pelayanan Siswa di Ganesha Operation Pontianak

Pak Mude-ku bikin novel ke??? Tambah ganteng lah kau Pak Mude. Dua jempolku untuk kreativitasmu. Sukses, Wak…
Rendy Reynaldi
Staf Operasional di Ganesha Operation Pontianak

Novel Kakanda Redi






Kata Mereka [1]




Kesan pertama sih biasa saja. Judulnya biasa. Covernya biasa. Tak ada yang spesial. Tapi itu sebelum saya membaca isinya. Pepatah ‘don’t judge a book by the cover’ berlaku untuk novel ini. Novel yang ringan namun menghibur dan unpredictable. Brilliant, Pak.
Meylisa Anggraini
Tentor Bahasa Indonesia di Ganesha Operation Pontianak

Deskripsi tentang Sanggau Ledo di novel ini ngingetin saya ke masa-masa Sanggau Ledo tahun 1990-an. Saya bener-bener bernostalgia dengan kebahagiaan saat bermain-main di masa kecil saya. Terima kasih, Mas. Ini keren sekali.
Danu Priyadi
Asisten Dokter Gigi di Puskesmas Sanggau Ledo

Hah??? Novel ini mau cetak ulang??? Kok gak dari dulu sih??? Ah, cetak ulang yang telat nih. But, aku tetep harus bilang ke kalian kalau novel ini keren banget. Rugi kalo sampe gak baca. Rugi banget.
Yesi Vinawuli Tabais
Guru Matematika di SMAN 2 Sukadana, Ketapang

Balak eh. Dah, itu jak.
Andi Wirapati
Staf Operasional Ganesha Operation Pontianak

Novel yang memakai bahasa ringan, alurnya mudah diikuti, ceritanya sedikit susah ditebak, dan endingnya keren. Dibuat ketawa-ketawa di awal, merinding di tengah, haru di akhir. Hebat.
Ffate’
Penulis buku Edelweis Berkisah

Gerimis di Luar Sana adalah pembuktian bahwa Pontianak juga punya novelis bergenre remaja yang keren meski gak harus tampil lewat major label.
Ratih Renata
Kepala Unit GO Abdurrahman Pontianak

Gerimis di Luar Sana… waktu pertama kali aku dengar judul novel ini, yang terlintas di kepalaku adalah sebuah novel yang penuh dengan drama yang menguras air mata. Ternyata setelah penulisnya nyodorin embrio naskah untuk pertama kalinya, sumpah, seru banget. Dan sekarang malah mau dicetak ulang. Wah, sebuah pencapaian yang luar biasa. Keren. Terus lahirkan karyamu yang lain, Sobat. Satu lagi, bikin sekuelnya dunks…
Laily Febriyanti
Tentor Biologi di Ganesha Operation Pontianak

Novel Kakanda Redi - Gerimis di Luar Sana


Menutup tahun 2014 yang manis, saya menerbitkan [tepatnya mencetak ulang] novel Gerimis di Luar Sana. Kalau di cetakan pertama saya bekerja sama dengan Penerbit Seruni, kali ini saya memilih bekerja sama dengan PIJAR PUBLISHING sebagai penerbit yang mencetak ulang novel saya ini.

Sebuah Malam di Kafe Pustaka



Beberapa saat yang lalu.
Seperti biasa, sepulang dari kerja, saya selalu menyempatkan diri berkunjung ke Kafe Pustaka. Tak banyak yang saya lakukan di tempat yang sungguh nyaman ini. Sekedar duduk melepas lelah, menyalakan dan menghisap berbatang-batang rokok, sembari berbincang dengan teman-teman sastrawan lokal, adalah aktivitas yang bagi saya sangat menyenangkan. Kafe Pustaka adalah tempat nongkrongnya para seniman lokal. Penulis, pegiat teater, kelompok penari, seniman lukis, para backpacker, aktivis lingkungan, dan mahasiswa rajin berkunjung ke tempat ini. Saya sendiri sepertinya sudah mulai menemukan kelompok saya sendiri. Kelompok? Ah, tidak. Saya tidak suka terkotak-kotak oleh sesuatu yang sifatnya membatasi ruang gerak. Baiklah, saya sebut kelompok hanya karena mereka ini yang paling sering nongkrong dengan saya di Kafe Pustaka.

Adalah Ilham Setia, Asmirizani, Herlina, Pay Jarot Sujarwo, Dewi Mustikasari, dan sesekali juga muncul seniman lain yang juga turut bergabung di meja kami. Mereka ini adalah teman diskusi yang menyenangkan. Pengetahuan mereka tentang sastra sungguh luas. Saya yang menempatkan diri sebagai pemula sering dibuat terkagum-kagum oleh apa yang mereka bincangkan.

Ilham Setia misalnya. Ilham baru saja meluncurkan buku kumpulan puisinya beberapa saat yang lalu. Buku tersebut dia beri judul KAMA. Ilham adalah narasumber saya saat kami berbual-bual soal sastra. Sebagai seorang lulusan ilmu sastra dari Jogjakarta, sangatlah wajar jika pada akhirnya Ilham memiliki sesuatu yang lebih dari kami, tepatnya dari saya.

Asmirizani. Karib saya yang satu ini adalah salah satu penggerak roda keberlangsungan FLP Kalimantan Barat. Tulisannya rapi secara alur dan kuat jika ditilik dari segi tema. Berbincang dengannya soal Pramoedya Ananta Toer sungguh menyenangkan.

Beberapa saat yang lalu, entah kenapa, Kafe Pustaka sedang sepi. Banyak meja yang kosong. Meja kami yang kebetulan agak ramai. Saya dan dua karib saya tadi, Ilham dan Zani. Kami hanya bertiga. Kami mengupas soal keberlangsungan sastra di Kalimantan Barat. Ilham telah membuat terobosan yang menurut saya dan Zani adalah langkah nyata yang sangat cerdas. Ilham membentuk wadah informasi soal sastra di Kalimantan Barat yang kemudian dia sebut dengan nama Dialog Sastra Kalbar (DSK). Malah, rencananya, DSK akan me-launching buku kumpulan puisi dari seluruh penulis yang ada di Kalimantan Barat. Sebuah gebrakan yang patut diacungi jempol dan wajib didukung.

Malam kian beranjak saat Ilham berinisiatif membacakan cerpen karya Pay Jarot Sujarwo yang berjudul RANJANG. Suara Ilham yang berat dan mendayu-dayu,mengekspresikan setiap dialog dalam cerpen, membuat saya takjub dan tak hendak mengabaikan satu kalimat pun dari cerpen yang sedang dia bacakan.

Begitu pembacaan cerpen selesai, saya dan Zani memberikan apresiasi yang sangat sederhana: tepuk tangan. Ilham berencana akan mementaskan naskah Ranjang menjadi drama monolog. Oh, sebuah ide yang cerdas. Saya sungguh tak sabar menunggu pementasan drama monolog-nya Ilham ini.

Kemudian, kami larut kembali dalam konsep Ilham dalam upaya menghidupkan kembali geliat sastra di Kalimantan Barat yang memang beberapa tahun terakhir sedang tidur panjang. Saya menyimak dengan serius dan sesekali memberikan pendapat yang menurut saya perlu. Zani juga demikian. Kami saling bertukar pendapat. Sungguh sebuah diskusi yang bernas.

Akhirnya, kami sama-sama menghabiskan sisa kopi di gelas masing-masing lantas membayar ke kasir. Eva ‘Si Poni Kuda’ sudah menunggu dengan judesnya. Hahahaaaa… kata Ilham, malam ini Eva cantik sekali. Saya dan Zani mencibir dan tertawa setelahnya.

Pukul sepuluh. Kami berjanji untuk berjumpa lagi esok malam. Tak mengapa hanya segelas kopi dan sebungkus rokok. Tanpa sajian yang istimewa sekalipun, diskusi kami akan tetap jalan. Saya akan selalu senang mendengarkan para karib saya itu bercerita soal sastra.

Januari 2015

Kakanda Redi; Resa dilukis

Kakanda Redi; Resa dilukis
Anak Papito udah gede. Tambah cantik :-*

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie
Pulang dari Pantai Kinjil, Ketapang

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie
Ada kucing kesayangan Resa nih.

Kakanda Redi; Resa

Kakanda Redi; Resa
Resa di ruang kerja Mr. Obama

Pondok Es Krim RESA Mempawah

Pondok Es Krim RESA Mempawah
Di-launching tanggal 12 Juni 2017

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Pondok Es Krim Resa Mempawah

Pondok Es Krim Resa Mempawah
Kami menawarkan tempat nongkrong lesehan yang Insyaallah nyaman dan santai. Mari berkunjung di pondok kami. Jalan Bahagia Komp. Ruko 8 Pintu, Mempawah.

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Dinda Risti turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Rhein Reisyaristie turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Mas Redi dan De' Yun

Mas Redi dan De' Yun
Lagi jalan-jalan di Wisata Nusantara Mempawah