Jumat, 11 April 2014

Sajak Kakanda Redi

Episode Kesendirian dan Setangkai Kembang
dan begitulah menit-menit berlompatan
meninggalkan wajah-wajah pucat oleh semburat jingga
termasuk aku. termasuk aku yang mengira bahwa hidup ini
memang benar-benar semakin payah
menit-menit beringsut menyingkir
menyisakan gelas-gelas yang mengepulkan sengat pekat aroma bir
aku tersipu ketika menyadari bahwa gerimis hanya turun dimataku saja
aku tersipu ketika kudapati sangkaku tadi akan benar jadi nyata
   : hidup memang payah. payah!
kupu-kupu cuma ada di dalam lukisan
terbang mereka kesana-kemari
bersolek warna-warni
terbahak-bahak. betapa sungguh aku jadi muak!

lantas kau datang
bukan, bukan kupu-kupu bodoh dalam lukisan itu
kau adalah bayang-bayang yang resah
dengan setangkai kembang kenanga berdarah
   : pulanglah! sepi menunggu diambang pintu
     sembari taburkan sendiri
     kenanga ini pada ritual tidur panjangmu
     sebab sejatinya aku juga kupu-kupu yang menghunus belati
     yang sudah kau maki-maki sejak tadi!


Bengkayang, 2010


Sajak kepada Arif
        : dari sahabatmu, Zul


Rif, sajak ini kutulis di bulan Juli
saat angin pesisir timbul tenggelam
pagi siang, sampai malam
tapi layang-layangmu telah kau koyak
tak akan lagi pernah terbang
sebab kulihat kau sibuk kini mengayun parang
bantu bapakmu bikin bersih lahan
bantu bapakmu bakar habis ladang

ah, Rif…
layang-layangku terbang sendirian.


Kota Baru, 2012


Soneta Musim Api
            : teruntuk Zul, sahabatku

: di langit, tak pernah lagi kutengok layang-layangmu
seperti aku yang duduk di bawah panas
layang-layangku mati sendirian
tak punya kawan bertarung gelas

o, Zul, memang begitu jalan yang terpampang
aku musti menepi, tak lagi main layangan macam bayi
tak lagi benang, Zul, kini aku menggenggam api
parangku sudah kuasah sejak tadi

: tapi Rif, kita tak lagi punya unggas
sudahlah, Zul, yang penting kita punya beras
lupakan layang-layang, lupakan benang gelas

kau tau Zul? disebalik api yang menari lekas
kugambar wajahmu di layang-layangku yang naas
diam-diam, air mataku menetes deras


Kota Baru, 2012

Sayonara
bagaimana jika tiba-tiba aku jatuh cinta padamu?
pada lengkung bibirmu yang tiba-tiba jadi ranum
pada setiap pejam matamu yang seketika penuh oleh rahasia
aku cuma bisa berdecak
entahlah, mungkin itu kagum
kagum yang siap membunuh seperti runcing kaki-kaki gerimis
sedang kau sendiri terlalu tersembunyi, terlalu ritmis
aku hampir putus asa menengadahkan kenyataan
bahwa sebuah perjumpaan tidaklah semestinya anggur dalam cawan
kau, juga aku
masing-masing cuma bisa menghitung detik-detik yang berloncatan
telah berapa jenak lamanya mata kita saling bersitatap
lantas sadarkah kita?
acapkali malam melelehkan embun
malam juga melelehkan air mata?
lambat laun tinggallah kenangan yang mencabik-cabik
seperti kau, akupun mematung
ketika jemari kita terlepas dari saling berpegangan
lantas menumpahkan anggur dalam cawan!


Pontianak, 2009
Ketika Enggang (hampir) Kehilangan Sarang
            : Nano L. Basuki

aku melewatkan angka sepuluh sebelas duabelas di jam dengan sia-sia
menekuri saja kemilau sayap enggang dalam sebuah pigura
sejenak yang lalu, persis dua detik sebelum angka sepuluh
sarang enggang dari jerami kata-kata itu
di kepalaku benar-benar jadi istana

ayolah, nak, kita sulam lagi dedaunan belian yang tercabik-cabik
kita buatkan anyaman yang nyaman
biar enggang kita itu bisa mendengkur pelan

tapi, pak, tunas-tunas runcing sawit itu mulai bermekaran
menusuk dada enggang, air matanya bertaburan
alahmak, kan kamek udah bilang
lamak-lamak sarang enggang ini bakal ilang
tidakkan kita tepekur saja?
biarkan enggang tinggal kenang, dikenang laksana simbol semata?

kite perang nak, kite perang!
tidakkan mesti kita menghunus pedang
cukuplah kita susun lagi serpih dedaunan itu jadi sarang
atau dengan sajak kita menentang
sajak senjate kite, sajak inilah mate pedang!

ah, pak, seketika ini juga
ingin benar aku menjadi petani kata-kata.



Kota Baru, 2012
Tuan-tuan Asu
demokrasi yang kita tata di piring
sudah ludes semua dimakan anjing
dikunyah-kunyah, ditelan dengan rakus
keluar lagi ia dari lubang anus
jadi koar-koar asal njeplak
dari mulut-mulut yang memang tak punya otak
taunya cuma menggasak ini itu
makan ini itu
menggonggong begini begitu
ASU!!!


Mempawah, 2012

Tentang Bapak yang Selalu Mandi
/I/
tamu itu datang lagi, pak, suatu pagi
bawa tas besar, isinya kesenangan banyak sekali
gemerlapan, berpendar-pendar
kusampaikan padanya
            : bapak sedang mandi
              silahkan tuan datang lagi di lain hari
lantas dia pulang, pak
matanya membara sebuah benci

/II/
lain pagi, tamu itu datang lagi, pak
kali ini tak bawa tas
cuma selembar kertas
warnanya biru, merah, dan sedikit kuning emas
            : kasih ke bapak, lekas
              cek seratus juta pas
              sisanya nanti kubikin lunas
              kalo proyek ini sudah tuntas!
kubilang padanya pelan-pelan
tenang dan penuh sopan
            : bapak sedang mandi
              bawa dulu kertas ini
              lain kesempatan tuan boleh berkunjung lagi
tamu itu pergi, pak
matanya nyalang
kesal tiada terbilang

/III/
bapak memang senang mandi
lima kali sehari
tak pernah kurang, lebih bisa jadi
diguyur dengan takbir
bersabun bismillah
berbilas fatihah
berhanduk hamdallah
dalam mandi bapak berdendang
lagunya tentang kepasrahan
siulnya melantunkan penerimaan
usai mandi, wajah bapak segar sekali

/IV/
lain masa sekali waktu
sebuah kabar berkunjung mengetuk pintu
tamu yang datang tempo hari
yang kerap bawa tas
yang selalu mengantongi kertas
kirim salam ia kepada bapak dari lapas

/V/
suatu malam bapak mandi
wajahnya tenang, lenggangnya pelan sekali
usai mandi bapak melantun
agar sahabat yang tertangkap lekas diberi ampun.


Sanggau Ledo, 2012


Kepada Pejalan Kaki
pejalan kaki yang menyanyikan sajak lelah di bawah hujan
dalam air mata yang dia senyumkan
terus dan terus berjalan
seiring gerimis menderas dalam tarian
ada juga sajak cinta
yang keluar dari mata yang basah
saat dia lelah

pejalan kaki yang mendendangkan lagu kepedihan
terus dan terus menyesak ke dalam
seiring hari yang kian jadi jingga
saat dia lelah, saat dia lelah
inilah ketika hidup benar-benar bermula dari cinta


Anjungan, 2011

Sungai
acapkali kukecap keruhmu
acapkali pula membayang sebuah cerita masa muda
tentang jernihmu
tentang jernihnya tetes-tetes embun
yang menggelayut di pucuk-pucuk daun
tapi sudahlah
bahkan kini pun daunnya sudah kau hanyutkan
bersama cerita yang kian menuju pulang


Segedong, 2012


Ritual Musim
bapak-bapak dan ibu-ibu
jika anda sedikit punya waktu
bertandanglah ke negeri kami
negeri musim yang warna-warni

bapak, ibu
di negeri kami ada musim kemarau
musim dimana ladang-ladang kami kehilangan hijau
ketika mata mengerjap pedas
ketika sajak liar bercerita soal keringat yang mengucur deras
semua sudah sering tersaji
datanglah kesini jika bapak ibu ingin bukti

negeri kami juga punya musim kembang asap
kelopak-kelopaknya mekar menebar gelap
angin menghembus menghunus kata-kata
menggiring pekat menebar sari-sari jelaga

oh, iya, hampir kami lupa
musim hujan di negeri kami jangan sekali dilewatkan
musim dimana genangan-genangan akrab menjadi teman
menyeret sampah sampai ke pelataran rumah
menyeret susah sampai ke air mata tumpah

bapak, ibu
anda ingin melihat musim api?
maka berwisatalah ke negeri kami
kobar-kobarnya terang pada penghabisan mei
aha…pengalaman yang senang tentunya untuk pulang nanti

bapak, ibu
terlantun maaf jika kunjungan anda kadang kelabu
sebab jujur kami beri tahu
di negeri kami tak ada musim salju



Kota Baru, 2012




Kakanda Redi
Lahir di Jembrana, Bali, 1985. Menulis cerpen, puisi, dan beberapa cerita anak. Beberapa puisinya termuat dalam antologi puisi Ayat-ayat Ramadhan (Alif Gemilang Publishing, 2012), Suara 5 Negara, sebuah antologi puisi bersama penyair lima negara (Tuas Media, 2012). Menetap di Kota Baru, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.




Rabu, 09 April 2014

Sambal Teri Pedas Spesial Bumbu Desa



Temen gue, si Danu Priyadi itu, rupanya keranjingan sama sambal teri pedes bikinan nyokap gue. Gak cuma Danu doang sih yang kemaruk. Temen gue yang namanya Ade Ariyanto dan Fitra Rusadi juga gitu. Bahkan, kata Ade, sambel bikinan Budhe Sri (nyokap gue) emang jempolan. Dimakan malem, paginya pasti mencret. Pedes, tapi gak bisa stop ngunyah teri dan kacangnya.

Rupanya, Danu juga punya selera yang sama. Malah nih bocah pake maksa-maksa minta resepnya segala. Yaelaaaaahhh...

Oke, okeeee...
Ini gue punya resep. Resep bikin sambel teri pedes istimewa bumbu desa. Danu, cekicrotttt...

Bahan:
Teri – setengah kilo aja lah. Gak usah banyak-banyak
Kacang tanah yang udah dikupas – tiga ons ajahhh
Cabe – bebas, sesuai selera. Kalo mau pedes, kasi aja cabe sebanyak dua kuintal
Bawang merah – kira-kira 10 siung
Bawang putih – kira-kira 6 siung
Gula merah – gak usah banyak-banyak, sekitar tiga sendok makan lah
Asam jawa – sebungkus kecil itu gak usah semua. Kira-kira ¾ lah
Garam, penyedap, gula putih – sesuai selera
Minyak goreng – asal cukup untuk menumis bumbu ajaaaahhh

Cara bikinnya:
Teri sama kacang tanah digoreng. Ingat, gorengnya jangan bareng loh ya.

Halusin cabe dan bawang. Ngehalusinnya pake cobek loh, jangan pake kunyah. Jorok ah...

Panasin minyak goreng. Di dalam kuali Cong, jangan di dalam bak mandi. Halaaahhh. Kalo udah, masukin bumbu yang udah halus tadi. Tumis kira-kira sampe lebaran haji, huaaaakakakakakakakakakakakak, maksud gue, kira-kira sampe muncul bau harum. Bau harum loh ya, jangan bau septiktenk.

Lanjut.
Kalo bumbu udah harum, teri sama kacang tadi masukin, campurin sama bumbu. Aduk sampe rata. Sampe semua teri dan kacang kena bumbu.

Kalo udah, masukin gula merah sedikit demi sedikit. Sambil diaduk juga. Gula merah kelar, gantian asam jawa yang dijeblosin ke kuali. Aduk lageeeeee...

Terakhir, segala macam garam, penyedap, gula putih, kemenyan, aspal, semen, bunga kamboja, masukin semua. Ingat, takarannya sesuai selera. Aduk masakan sampe semua bumbu tercampur dengan sempurna.

Udah?
Ya udah. Udah mateng artinya. Siap deh tuh diganyang sampe mencret.

Catatan:
Resep ini udah gue uji coba. Hasilnya jempolan. Kalo elo-elo pada masaknya bener, maka elo bakal dapetin hasil masakan kayak gini nih...


 Oke, selamat nyobain yahhh.

Salam cupcupwawaw,
Kakanda Redi 

Mangga Indramayu, Buahnya Nikmat, Pohonnya Rindang



Guys, akhirnyaaaaa...
Ane tuh udah sejak lama kepengen nanam pohon mangga di depan rumah. Gak tau kenapa, tiap ngeliat rumah orang yang ada pohon mangganya, apalagi yang buahnya banyak dan besar-besar, kok rasanya ane tuh ngiri. Kepengen juga punya rumah yang ada pohon mangganya.



 Mangga. Buah favorit ane nih.

Tapi, dasar yang namanya kendala, tetep aja ada. Punya bibit mangga, eeeeh, gak punya rumah. Hahahaaaaa... Sekarang udah punya rumah sendiri di Mempawah, eeeeeh, nyari bibit pohon mangga yang bagus kok ya susah bener.

Kalo punya pohon mangga di depan rumah dan berbuah selebat ini, woooooow...
Pasti nyenengin.

Gak. Ane gak nyerah. Ane tetep nyari informasi di daerah mana yang jual bibit mangga jenis yang bagus. Terserah deh. Mau mangga indramayu, mangga harumanis, mangga golek, yang penting mangga unggulan.

Mangga Gadung.
Ane juga pengen nanam pohon mangga jenis ini. Buahnya gede-gede.

Daaaaan, jeng jeng jeeeeeeng... ane udah nanam pohon mangga. Mangga jenis indramayu pula. Kata orang, mangga indramayu tuh dagingnya tebal, buahnya besar, rasanya juga manis. Pohonnya bisa buah dalam jangka waktu 1 sampe 2 tahun jika dari bibit cangkok atau tempel (okulasi). Tapi, kalo dari biji, agak lama deh kayaknya. Mungkin 2 sampe 3 tahun lah.

And yes, akhirnyaaaa...
Tanggal 7 April 2014, ane udah sukses nanam mangga indramayu di depan rumah

Nih, ane kasih sedikit info tentang mangga indramayu. Cekicroootttt...

Mangga indramayu punya nama latin Mangifera indica L. kultivar ‘Indramayu’. Mangga jenis ini bisa dibilang istimewa lantaran enak juga dimakan sewaktu buah belom terlalu mateng alias masih mengkal. Sewaktu masih mengkal, daging buah agak kekuningan dan teksturnya kenyal serta sedikit agak asem. Yang kayak gitu tuh justru yang bikin seger. Sewaktu mateng, mangga indramayu rasanya ya manis lah. Nikmat.

Oke, sekarang soal perkembangbiakan. Mangga indramayu bisa dikembangbiakkan lewat biji, cangkok, maupun okulasi. Semua itu akan ngaruh ke jangka waktu berbuah. Soal lama atau bentar, gak masalah. Yang penting ane udah nanam mangga di depan rumah. Tinggal ditungguin aja. Hahahaaaaa. Gak lah. Gak usah ditungguin. Ntar juga besar sendiri kok. Selama perawatannya maksimal, ane pikir tuh pohon bakal cepet besar, berbunga,dan berbuah lebat. Hahahahaaaaa... amin deh pokoknya.

Oke. Ane udah gak sabar ngeliat rumah ane ada pohon mangga yang berbuah lebat. Pasti nyenengin deh andai aja tuh pohon gak mati. Nyenengin lagi kalo dalam jangka waktu setahun ntar udah buah. Mantaaaap.

Kalo udah kayak gini, ane rasa gak ada orang yang nolak kalo ane kasih mangga indramayu tanaman ane.
Hahahahahaaaa...

Dah ah. Ntar ane posting lagi cerita yang baru. Ditungguin ya.

Yang lagi kemaruk pohon mangga,
Kakanda Redi

Pondok Tahu Sumedang Crispy Kini Hadir di Kabupaten Mempawah

Pondok Tahu Sumedang Crispy
Desa Sungai Purun Besar, Kabupaten Mempawah

Kawan, kalo kalian jalan-jalan dan melintasi ruas jalan Pontianak – Sui Pinyuh, maka kalian akan nemuin sebuah pondok yang khusus menjual tahu Sumedang yang asli nikmat, gurih, dan bikin ketagihan.

Resa dan Mamaknya di Pondok Tahu Sumedang


Pondok ini berada di sekitar KM 37-38 ruas Pontianak – Sui Pinyuh, tepatnya di Desa Sungai Purun Besar. Lokasinya gak terlalu strategis sih, soalnya gak terletak di perkampungan. Tapi jangan khawatir kawan, sekitar 200 meter menuju pondok ini, kita bakal nemuin banner berukuran sedang yang bertuliskan ‘ KURANGI KECEPATAN, 200 METER AYA TAHU SUMEDANG’. Tuh, udah sunda banget kan banner-nya?

Balik lagi ke tahu. Tahu yang di jual di pondok ini beneran gurih. Gak ada variasi rasa seperti halnya keripik, tela-tela, atau stik keladi yang menawarkan bermacam rasa. Tahu Sumedang di pondok ini cuma satu rasa aja. Gurih. Apalagi makannya pake cabe rawit. Beuuuhhh... jempolan deh, Sob. Weiiisss, gak usah khawatiiiiir. Cabe rawitnya juga udah disediain kok. Satu paket sama tahu.

Porsi 24 biji, Rp 20.000

Soal harga, tahu Sumedang cukup bersahabat dengan kocek lah. Porsi 12 biji cuma dibanderol Rp 10.000 aja. Berlaku kelipatan. Nah, beli Rp. 20.000 aja udah dapet 24 biji. Udah kenyang banget lah. Apalagi tahu yang digoreng tuh lumayan gede-gede. Aer mineral botol kecil juga ada. Gak mahal. Rp 3.000 aja. Praktis, nikmat, kenyang.

Tahu Sumedang Crispy

Bentar, kalo kalian ngira ini iklan, promo, oke lah, memang ini iklan. Tapi, asal kalian tau, aku gak dibayar apa-apa sama si pemilik Pondok Tahu Sumedang Crispy. Sama sekali gak. Aku bikin postingan ini murni pengen berbagi aja sama kalian yang mungkin juga suka makan tahu. Aku doyan makan, terutama makanan yang merakyat kayak tahu Sumedang ini. Jadi, kalo kalian juga sependapat atau suka makan sama dengan aku, barangkali postingan ini ada gunanya buat kalian.

Oke, kawan? Sampe jumpa di postingan selanjutnya ya. Tetep jaga kesehatan dengan makan makanan yang sehat.

Salam,
Kakanda Redi

Kakanda Redi; Resa dilukis

Kakanda Redi; Resa dilukis
Anak Papito udah gede. Tambah cantik :-*

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie
Pulang dari Pantai Kinjil, Ketapang

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie
Ada kucing kesayangan Resa nih.

Kakanda Redi; Resa

Kakanda Redi; Resa
Resa di ruang kerja Mr. Obama

Pondok Es Krim RESA Mempawah

Pondok Es Krim RESA Mempawah
Di-launching tanggal 12 Juni 2017

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Pondok Es Krim Resa Mempawah

Pondok Es Krim Resa Mempawah
Kami menawarkan tempat nongkrong lesehan yang Insyaallah nyaman dan santai. Mari berkunjung di pondok kami. Jalan Bahagia Komp. Ruko 8 Pintu, Mempawah.

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Dinda Risti turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Rhein Reisyaristie turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Mas Redi dan De' Yun

Mas Redi dan De' Yun
Lagi jalan-jalan di Wisata Nusantara Mempawah