Jumat, 29 Mei 2015

Surat Pendek untuk Bapak



Surat Pendek untuk Bapak


Assalamualaikum.

Pak, apa kabar? Semoga bapak baik-baik saja di sana, di surga. Kami di rumah juga tak kurang suatu apa. Yang pasti, kami selalu rindu pada Bapak.

Oiya Pak, sudah lumayan lama kita tak berbicara berhadap-hadapan, berkumpul bersama, bercanda, menyeduh dan menyeruput kopi berdua, menghabiskan sisa senja sembari mengerjakan sepetak ladang yang kita punya. Atau kita akan berburu tupai yang kerap merusak buah kelapa di belakang rumah kita. Memancing di sungai kecil yang tak jauh dari rumah letaknya. Mencari kayu bakar di tepi hutan untuk persediaan tungku selama musim penghujan. Ah, terlalu banyak peristiwa yang kita lewatkan, terpaksa kita lewatkan. Aku sungguh rindu dengan itu semua, Pak.

Semua rindu ini kutulis di sini agar mereka semua tahu bagaimana rasanya rindu kepadamu. Rindu akan didikanmu padaku. Tentang bagaimana semua yang kau ajarkan kepadaku dari cara mengikat tali sepatu, memandikan sapi-sapi kita, membuat jerat burung, membaca ayat suci Al Qur’an, dan tentang bagaimana diriku ini yang sering kali salah dan membuatmu lelah menahan marah. Aku selalu ingat semua itu, Pak. Setiap kali terkenang, air mataku begitu deras jatuh berlinang. Ampini aku, Pak. Maafkan segala salah dan dosaku padamu.

Pak, aku juga masih ingat. Saat pertama kali kau mengajarkan aku mengayuh sepeda, aku yang selalu goyah kemudian kau lepas dan aku jatuh terluka. Tak peduli seperti apa aku menjerit menangis dan bermanja, Bapak selalu memaksaku untuk bangun lagi, naik sepeda lagi, mengayuh lagi, dan pada akhirnya aku harus jatuh dan terluka lagi. Sampai aku bisa mengendarainya sendiri, baru kau tersenyum, Pak. Perhatianmu membuatku mengerti arti tertatih menuju bahagia dan menjaga diri kelak ketika aku dewasa. Aku akan selalu ingat, Pak.

Tentang didikan budi pekerti yang kau ajarkan, aku juga tak akan pernah lupa, Pak. Bagaimana kau mengajarkanku cara mencium tanganmu juga tangan Ibu. Bagaimana cara mengucap salam sebelum mengetuk pintu. Bagaimana cara selalu tersenyum walaupun amarah sedang menjamu. Bagaimana ketika kau sedang marah lantas kau malah memelukku, aku pun memelukmu.

Kebaikanmu. Candamu. Amarahmu. Semua demi aku yang hingga hari ini sungguh belum bisa memberi apa-apa.

Hangatmu. Kesabaranmu. Suaramu. Semua untukku yang hingga kini masih selalu ingin bermanja.

Ketika sedih menghampiriku dulu, kau pun perih menahan sembilu. Tapi selalu kau ajarkan kesabaran dan senyum kepadaku,  untuk kebaikanku. Kita pernah berjalan di bawah hujan saat pulang dari surau kecil, dulu. Kau memeluk pundakku dengan erat agar aku, anakmu yang nakal ini tak kedinginan. Apapun kau lakukan demi semua senyum dan tawaku.

Namun, kini tak ada lagi yang bisa ku lakukan selain mendoakanmu dan lantunan Qur’an dari hati yang pernah kau ajarkan.
Kau lah orang yang ketiga setelah Ibu dalam suara Nabi Mulia. Tanpa tanganmu para Mujahid dan Syuhada takkan ada. Dari sosok seorang lelaki kuat para bapak lah mereka tercipta. Bagiku juga dari sosokmu lah aku bisa melihat indahnya dunia dan dengan wajahmu, aku melihat surga.

Pak, aku sedih melihat Ibu lelah dan lemah. Hatiku gerimis menatap pandangan kosong ketika Ibu menata gambarmu di atas meja. Jiwaku pecah ketika melihat Ibu selalu mendoakanmu dan meneteskan air mata di atas sajadah.

Sampaikan juga pintaku ini pada Allah kita, Pak.
Allah Azza wa Jalla, biar aku saja yang menanggung segala sedih yang dirasa oleh Ibu. Jadikan aku pelindung ia yang tercinta. Angkat segala pedih perih yang ada di wajahnya, ganti semua lelah dengan senyum ceria di wajahnya.

Teruntuk Bapak. Nantikan kami di sana, tempat dimana yang telah Allah janjikan untuk hambanya yang shaleh dan shaleha. Akan kusiapkan semua bekalku untuk menemuimu di jannah nanti.

Sudah dulu ya, Pak. Lain waktu, akan kukirim lagi surat untukmu. Ibu berkirim salam untuk Bapak.

Wassalamualaikum.
Anakmu.




Kandasan
Januari 2015
Mas Danu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kakanda Redi; Resa dilukis

Kakanda Redi; Resa dilukis
Anak Papito udah gede. Tambah cantik :-*

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie
Pulang dari Pantai Kinjil, Ketapang

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie
Ada kucing kesayangan Resa nih.

Kakanda Redi; Resa

Kakanda Redi; Resa
Resa di ruang kerja Mr. Obama

Pondok Es Krim RESA Mempawah

Pondok Es Krim RESA Mempawah
Di-launching tanggal 12 Juni 2017

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Pondok Es Krim Resa Mempawah

Pondok Es Krim Resa Mempawah
Kami menawarkan tempat nongkrong lesehan yang Insyaallah nyaman dan santai. Mari berkunjung di pondok kami. Jalan Bahagia Komp. Ruko 8 Pintu, Mempawah.

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Dinda Risti turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Rhein Reisyaristie turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Mas Redi dan De' Yun

Mas Redi dan De' Yun
Lagi jalan-jalan di Wisata Nusantara Mempawah