Minggu, 19 Mei 2013

[13] Pakdhe Warno: Misteri selalu saja begitu; selalu membuat penasaran




            Entah kenapa kok rasanya hati saya ini ndak tenang. Ajeng ini loh, kok ada-ada saja. Bisa-bisanya dia itu menemukan kunci vila yang sudah tak umpetin. Kok pakai acara membersihkan vila segala. Walah, memang nyari penyakit bocah itu. Nanti kalau beneran si Re minta tidur disini bagaimana coba? Ya ndak tega to saya melarangnya. Lha wong vila sudah bersih dan rapi begini. Alasannya melarang apa coba? Ndak ada lagi, to? Ah, Ajeeeng Ajeng.
            Tapi kalau sudah bersih begini, vila ini memang menyenangkan. Rasanya segar. Adem. Mau tidur di kamar juga ndak panas meskipun siang-siang begini.
            Rumput juga sudah dipangkas dengan rapi. Bersih. Memang bener apa yang dikatakan Ajeng tadi. Asmawi itu kalau kerja kok ya rapi begini. Kayak bocah ndak ada kurang-kurangnya. Buktinya ya ini, rumput di halaman vila ini. Bersih. Rapi. Bunga-bungaan juga jadi kelihatan lagi. Ndak kayak kemarin. Semua bunga kalah oleh tingginya rumput.
            Saya mulai mikir, tepatnya mengingat-ingat, sudah berapa lama saya ndak menjenguk vila ini. Sejak kejadian terakhir yang melibatkan beberapa orang peneliti dari universitas, saya tidak pernah berkunjung ke vila ini lagi. Beberapa bulan yang lalu memang ada sekelompok anak muda yang menyewa vila. Mereka akan meneliti derajat keasaman tanah atau apalah itu istilahnya. Saya lupa. Tapi yang saya ingat betul, mereka menginap di vila hanya dua malam dari total seminggu yang mereka sewa. Empat dari tujuh orang yang menginap mengaku diganggu sama hantu perempuan.
Rasanya sulit sekali mengatakan kalau mereka itu bohong soal hantu perempuan itu. Waktu itu wajah mereka nyata sekali ketakutan dan tegang. Saya dapat merasakannya. Bahkan salah satu dari mereka sampai trauma. Apakah hal ini dibuat-buat? Kalaupun iya, apakah bisa sesempurna itu sandiwara mereka? Rasanya tidak.
Lantas bagaimana dengan pendapat Ajeng? Apakah benar ada orang yang iri sama keluarga saya? Kalau memang benar, apa yang mereka irikan? Soal vila kah? Ada apa dengan vila saya sebelumnya? Saya rasa saya ndak pernah punya masalah dengan warga. Atau… ah, kok saya jadi mumet begini.
Saya jadi penasaran sama suasana di dalam vila. Bagaimana suasana di dalam sana sekarang? Apa saja yang sudah dibersihkan sama Ajeng dan Handoyo? Rasa penasaran ini semakin membuat saya tergesa menuju ambang pintu. Saya masukkan anak kunci ke gembok yang mengatup rapat. Agak seret memang. Tapi toh bisa dibuka juga.
Saya mulai melangkahkan kaki ke dalam. Benar saja. Ruangan di vila sudah bersih. Perabotannya juga tertata dengan rapi. Begitu juga kesan yang saya dapat ketika saya menilik satu persatu kamar yang ada di vila ini. Bersih dan rapi. Saya senang. Pelan-pelan pikiran saya soal hantu perempuan itu mulai hilang terkikis. Mana ada to hantu yang kerasan tinggal di tempat sebersih dan serapi ini? Atau mungkin saya saja yang ndak pernah ketemu hantu di tempat yang bersih? Ah, mungkin juga begitu.
Saya sudah menjelajahi seluruh sudut ruangan di vila ini. Semua aman-aman saja. Maksud saya, aman dari segala kekotoran. Saya tersenyum sendiri saat membayangkan andai saja saya bertemu dengan hantu perempuan yang sering diceritakan oleh orang-orang yang menyewa vila saya ini. Apakah hantu itu memang ada? Kalau memang ada, bagaimana wujudnya? Seperti apa suaranya? Ah, yang namanya misteri itu ya selalu saja begini, sering bikin penasaran.
Saya membuka pintu belakang. Saya berjanji ini yang terakhir. Setelah menilik halaman belakang ini saya akan pulang untuk bersiap menyambut rombongan Re.
Udara yang berhembus masuk semakin membuat suasana adem. Siapa sih yang ndak betah tinggal disini? Suasananya nyaman begini kok dibilang ada hantunya. Ada-ada saja.
Halaman belakang tampak bersih juga. Rumput yang tumbuh kentara benar baru saja dipangkas. Rapi. Hanya yang di pojok sebelah kanan itu masih tinggi. Kira-kira seperut orang dewasa. Mungkin kata Ajeng benar kalau Asmawi sudah capek.
“Rupanya Pak’e disini to?”
Saya tersentak. Saya kaget, benar-benar kaget, “Ajeng???”
“Saya cari-cari di rumah sampai ke belakang, Pak’e ndak ada. Saya kira Pak’e ada di kebun. Rupanya ndak ada juga. Taunya disini.”
“Ada apa to?”
“Itu, tadi bu’e memetik nangka muda dari ladang. Nah, seperti biasa lah, Pak’e disuruh bu’e ngupas kulit nangka. Bu’e mau masak sayur gudeg.”
Saya berdecak, “Ibumu itu ya selalu begitu. Ngupas kulit nangka saja ndak bisa.”
“Bukan ndak bisa, Pak’e. Mungkin bu’e males kena getahnya.”
“Lha iya, itu dia, males. Ah…”
“Ya sudah Pak’e, cepet pulang. Nanti Ajeng yang dimarah bu’e, dikira ndak ketemu nyari Pak’e.”
“Iya… iya, ah…”
Setelah saya mengatakan kalau saya akan pulang secepatnya, Ajeng langsung pamit mau pulang duluan. Katanya mau bantu-bantu ibunya masak. Saya pun bergegas mengunci pintu. Pintu belakang, pintu kamar, pintu kamar mandi juga, terakhir pintu depan, semua saya kunci dengan baik. Saya bergegas pulang dengan hati yang senang. Saya tidak menemukan sesuatu yang aneh di vila saya ini. Tapi tetap saja misteri itu selalu membuat penasaran. Jujur, saya masih penasaran dengan hantu perempuan yang sering jadi bahan cerita warga itu.

***
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kakanda Redi; Resa dilukis

Kakanda Redi; Resa dilukis
Anak Papito udah gede. Tambah cantik :-*

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie
Pulang dari Pantai Kinjil, Ketapang

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie
Ada kucing kesayangan Resa nih.

Kakanda Redi; Resa

Kakanda Redi; Resa
Resa di ruang kerja Mr. Obama

Pondok Es Krim RESA Mempawah

Pondok Es Krim RESA Mempawah
Di-launching tanggal 12 Juni 2017

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Pondok Es Krim Resa Mempawah

Pondok Es Krim Resa Mempawah
Kami menawarkan tempat nongkrong lesehan yang Insyaallah nyaman dan santai. Mari berkunjung di pondok kami. Jalan Bahagia Komp. Ruko 8 Pintu, Mempawah.

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Dinda Risti turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Rhein Reisyaristie turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Mas Redi dan De' Yun

Mas Redi dan De' Yun
Lagi jalan-jalan di Wisata Nusantara Mempawah