Sabtu, 06 April 2013

[4] Leli: Rencana Besar




            Ibu hanya memandang segala hal yang aku lakukan saat ini. Tak banyak yang dia lakukan. Sesekali terlihat mengangsurkan beberapa potong baju yang bakal aku bawa saat liburan nanti.
            Aku hanya menyiapkan bekal baju seperlunya saja. Kata Re, di sana kami gak bakal pergi kemana-mana. Kalaupun akan pergi, kami gak memerlukan baju yang bagus. Aneh saja kelihatannya pergi menjerat burung menggunakan pakaian yang biasa aku pakai untuk pergi ke pusat perbelanjaan.
            Menjerat burung? Kedengarannya menarik. Aku suka itu. Belum pernah aku liburan ke desa dan melakukan kegiatan outdoor seperti itu. Menjerat burung dan memancing di sungai yang berair deras, berbusa, dan penuh dengan bebatuan. Membayangkannya saja aku sudah sangat suka. Sudah aku bayangkan ketika aku menarik kail dan di mata kail itu akan menggelepar ikan segar. Wuiiihhh, pasti seru.
            “Rencananya berapa lama kalian di Sanggau Ledo?”
            Ibu membuka percakapan dan sedikit mengagetkanku. Ikan dalam hayalanku tadi lepas lagi dan berenang entah kemana.
            “Belum tahu, Bu. Mungkin seminggu. Mungkin juga bakal lebih lama. Tergantung bagaimana nanti. Toh liburan juga masih lama. Masih sekitar dua minggu lagi.”
            Ibu tersenyum, “Hati-hatilah kamu di sana. Jaga sikap dan tingkah laku. Di rumah orang selalu berbeda suasananya dengan rumah sendiri. Jika sempat, bantu-bantulah bekerja. Sekedar mencuci piring setelah makan tentu tak akan berat.”
            Aku mengangguk. Tiga potong jilbab segera masuk ke dalam tas.
            “Solat jangan ditinggalkan. Dimanapun itu, kalau sudah sampai waktunya, segerakanlah solat,” tambah ibu lagi, yang segera aku jawab dengan anggukan kepala lagi.
            Sungguh, aku senang diperhatikan seperti ini. Ibuku baik sekali. Tak pernah sekalipun beliau melarang kegiatanku selama itu baik menurutku dan menurut beliau. Kemanapun aku akan pergi, beliau selalu seperti ini, berpesan ini-itu dan memberi wejangan yang tentu saja benar.
            “Kapan rencana kalian akan berangkat?”
            Aku terdiam sejenak, “Kalau tidak ada halangan, kemungkinan kami akan berangkat lusa, Bu.”
            “Berlima lagi?”
            Eh? Berlima atau berempat ya? Aku bingung. Aduh, Yesi sekarang lagi apa ya? Apa dia lagi packing barang juga? Atau…
            “Laily?”
            “Eh, iya Bu, ngggg… mungkin kami hanya berempat saja. Liburan kali ini Yesi tidak ikut katanya.”
            “O ya?”
Tentu saja, ini adalah reaksi yang wajar yang akan dikeluarkan oleh ibu. Siapa lagi temenku yang rajin datang ke rumah selain Tetty, Ayu, Re, dan si rambut kelewat bergelombang itu? Pasti akan aneh kedengarannya jika salah satu dari kami bakal tinggal di Pontianak sementara yang lain pergi berlibur ke suatu tempat yang jauh.
“Kok dia tidak ikut? Biasanya dia kan, temenmu yang paling rajin mengusulkan tempat-tempat yang akan kalian kunjungi menjelang liburan?”
Aku hanya bisa mengangguk. Aku tak ingin menjelaskan apa-apa untuk saat ini. Kupikir biar Yesi sendiri saja yang menjelaskan alasannya tidak ikut liburan ke ibu, nanti jika ibu masih juga penasaran dengan ketidakikutan Yesi ini.
“Ya sudah kalau begitu. Itu saja pesan Ibu. Jaga diri, jaga sikap dan tingkah laku. Jangan lupa solat. Jangan malas di rumah orang.” Kulihat ibu beranjak dari duduknya lantas pergi meninggalkanku sendirian di kamar.
Aku ingin sekali menelpon Yesi sekarang, menanyakan kepadanya apakah benar dia tidak jadi ikut. Keinginan ini kuat sekali. Namun kadang-kadang muncul juga perasaan segan. Bukan…bukan, bukan segan. Ngggg, apa ya? Mungkin tidak enak saja. Sebuah kabar baik jika tiba-tiba dia mengatakan bahwa dia bakal ikut serta. Tapi jika dia mengatakan sebaliknya? Ah, tentu saja aku akan semakin membuat dia sedih. Sendirian di rumah disaat teman-teman sedang bergembira tentu bukan situasi yang menyenangkan.
Aku meraih Hp di atas meja rias. Kurebahkan tubuhku di pembaringan. Kuatur posisiku senyaman mungkin. Aku harus berbicara dengan salah satu dari temenku. Siapapun itu.
Ah, baiknya aku nelpon Tetty saja dulu. Mungkin dia punya solusi yang bagus.
“Oiii, aku lagi di jalan nih…”
Aku sedikit menjauhkan Hp dari telingaku. Di jalan? Oh, pantas saja suara di seberang sana begitu berisik.
“Mau kemana?” balasku, juga sedikit berteriak.
“Ke minimarket, beli sunblock.”
Apa? Beli apa tadi? Aku gak salah dengar kan? Sunblock? Apakah memancing di sungai yang kiri kanannya adalah pepohonan yang teduh juga memerlukan sunblock? Tuhan, anak ini kenapa sih?
“Oiii, udah dulu ya. Nanti aku telpon balik deh. Dah ya.”
Telpon dimatikan. Aku masih ternganga gak percaya. Ada-ada saja si Tetty ini.
Ngggg… nelpon Ayu saja.
“Hallo, ada apa?”
“Udah packing?” sahutku. Suara di seberang tidak berisik. Itu artinya Ayu gak kemana-mana, gak ke minimarket apalagi beli sunblock.
“Belom. Aku lagi mau pergi nih,”
Oh Tuhan, aku mohon, jangan biarkan Ayu mengatakan bahwa dia akan ke minimarket untuk membeli sunblock. Aku bisa stress kalau sampai Ayu mengatakan hal itu.
“Kemana?”
“Minimarket.”
GLEG!!!
“Ngggg… mau beli sunblock ya?” tanyaku hati-hati.
“Ya ampuuuuuun,”
Ya Tuhaaaaan, tuh kaaaaan beneeeeer, Ayu beli sunblock. Aduuuuuuuuuuuuh.
“Ngapain juga aku beli begituan? Kita kan mau ke gunung, bukan ke pantai.” Ayu cengengesan di ujung telpon.
Tuhan, terima kasih. Masih juga ada temenku yang sedikit waras. “Terus kamu mau beli apa dong?”
“Aku mau beli masker anti sinar ultra violet.”
AAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRGGGGHHHHH!!!
“Mau nitip?”
“ENGGAAAAK, MAKASIIIIHHH. O IYA, SEKALIAN AJA BELI PERLENGKAPAN BUAT CREAMBATH DAN MANICURE PADICURE!”
Telpon aku matikan. Aku kesaaaaaaaaaaaaaaaaaaaallll.
Liburan kali ini memang sebuah rencana besar. Rencana spektakuler. Belum pernah sepanjang aku hidup di muka bumi ini aku berlibur ke desa. Tapi kalo berlibur sama temen-temen yang aneh kayak gitu, mending aku nemenin Yesi aja deh.

***


           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kakanda Redi; Resa dilukis

Kakanda Redi; Resa dilukis
Anak Papito udah gede. Tambah cantik :-*

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie
Pulang dari Pantai Kinjil, Ketapang

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie
Ada kucing kesayangan Resa nih.

Kakanda Redi; Resa

Kakanda Redi; Resa
Resa di ruang kerja Mr. Obama

Pondok Es Krim RESA Mempawah

Pondok Es Krim RESA Mempawah
Di-launching tanggal 12 Juni 2017

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Pondok Es Krim Resa Mempawah

Pondok Es Krim Resa Mempawah
Kami menawarkan tempat nongkrong lesehan yang Insyaallah nyaman dan santai. Mari berkunjung di pondok kami. Jalan Bahagia Komp. Ruko 8 Pintu, Mempawah.

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Dinda Risti turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Rhein Reisyaristie turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Mas Redi dan De' Yun

Mas Redi dan De' Yun
Lagi jalan-jalan di Wisata Nusantara Mempawah