Kamis, 29 Desember 2011

Senja Air Mata

Mama menyambutku seperti biasa ketika aku pulang kerja sore ini. Tak ada senyum atau sesuatu yang sekiranya bisa menyenangkanku saat aku memasuki rumah ini.

“Bolos lagi?”

Itu…, selalu itu yang ditanyakan mama saat aku pulang tidak pada waktunya. Mama tahu aku pulang kerja selalu tepat pukul tujuh malam. Setidaknya ini yang kerap terjadi setelah ditambah dengan beberapa jam waktu untuk lembur.

Aku menggeleng. “Terpaksa gak lembur,” jawabku sekenanya. Aku ingin segera masuk kamar dan berbaring, itu saja. Bukan berdebat seperti kemarin, seperti biasanya.

”Kenapa?” mama memandangiku dengan tatapan menyelidik, juga seperti biasanya saat aku memutuskan untuk tidak lembur. ”Bukankah mama sudah bilang, lembur itu penting. Mama gak mengharapkan uangmu kok. Yang mama ingin, kamu belajar disiplin dalam kerja. Untuk kepentinganmu juga, kan?”

Aku sudah tidak dengar apa-apa lagi. Aku capek. Percuma saja berdebat kalau mama sendiri sama sekali tak tahu alasan mengapa aku gak lembur, tepatnya jarang lagi mengambil waktu lembur. Andai mama tahu...

Wajah Sesa berkelebat dipelupuk mata. Aku mendengus kesal. Benci tapi aku masih mencintainya. Jujur saja kukatakan ini. Aku masih mencintainya. Tapi juga aku tidak bisa terima penghianatan yang sudah ia lakukan. Memanfaatkan laki-laki lain sementara aku sendiri masih cukup tangguh untuk diandalkan mengantarnya kemanapun ia pergi. Entahlah, itu penghianatan atau bukan. Yang jelas aku tidak senang. Titik.

Seminggu ini Sesa terbaring di rumah sakit. Ia tidak mangatakan apa nama penyakitnya. Yang ia inginkan hanya kedatanganku menjenguknya, dan itu tidak bisa kukabulkan. Siapa yang salah? Aku kah?

Hampir sepuluh kali Hp-ku berdering setiap hari, hanya dari Sesa saja. Malangnya dia, telpon itu tak aku angkat. Kejam? Mungkin iya. Tapi jika ingat apa yang sudah ia lakukan, justru aku merasa puas telah berhasil membalas kelakuannya justru disaat ia terkapar tak berdaya seperti saat ini. Aku tersenyum.

Senyum Sesa membayang lagi.

Tadi aku sudah memutuskan untuk tidak mengambil jam lembur. Tahukah mama jika alasanku kali ini adalah karena aku rindu pada Sesa?

Seharian aku memikirkan Sesa. Aku rindu padanya, pada kekasihku yang telah menghianatiku itu. Aku bermaksud menjenguknya sore ini. Aku yakin dengan keputusanku. Sangat yakin. Memaafkannya dan memulai kisah baru yang lebih indah. Aku tersenyum lagi. Kali ini dengan sebuah kebesaran hati seorang laki-laki yang telah dihianati.

Kuraih Hp yang tergeletak di meja kerjaku. Segera kucari nama Sesa. Dan....

”Alan...”

Suara itu... aku begitu mengenalinya, sangat mengenalinya.

”Kok Alan tidak datang?” suara itu mulai bergetar, bahkan sejenak kemudian suara itu telah disertai dengan isak tangis. Aku diam saja dan hanya ingin mendengarkan apa yang akan dia katakan selanjutnya.

”Sesa telah dimakamkan tadi pagi.”

Aku... aku sungguh tidak merasakan apa-apa saat ini. Bahkan detak jantungku sekalipun. Aku... aku merasa begitu bodoh dan tidak berguna. Aku menangis untuk pertama kalinya hanya untuk masalah perempuan. Dadaku sesak. Suaraku hilang. Tenggorokanku terasa mengembang. Tatapan mataku kian gelap. Pikiranku kacau. Percuma. Percuma semuanya. Bahkan kematianku sendiri tidak akan bisa mengembalikan Sesa.

Sesa...

Aku tak mampu bergerak. Senja telah menguraikan air mataku. Dan penghianatan itu, apakah benar? Siapa sebenarnya yang salah? Sesa yang salah atau aku yang terlalu terburu menjatuhkan tuduhan?

Aku baru mulai bertanya-tanya.


19 Januari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kakanda Redi; Resa dilukis

Kakanda Redi; Resa dilukis
Anak Papito udah gede. Tambah cantik :-*

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie
Pulang dari Pantai Kinjil, Ketapang

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie
Ada kucing kesayangan Resa nih.

Kakanda Redi; Resa

Kakanda Redi; Resa
Resa di ruang kerja Mr. Obama

Pondok Es Krim RESA Mempawah

Pondok Es Krim RESA Mempawah
Di-launching tanggal 12 Juni 2017

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Pondok Es Krim Resa Mempawah

Pondok Es Krim Resa Mempawah
Kami menawarkan tempat nongkrong lesehan yang Insyaallah nyaman dan santai. Mari berkunjung di pondok kami. Jalan Bahagia Komp. Ruko 8 Pintu, Mempawah.

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Dinda Risti turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Rhein Reisyaristie turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Mas Redi dan De' Yun

Mas Redi dan De' Yun
Lagi jalan-jalan di Wisata Nusantara Mempawah