romantisme sunyi
acapkali
cangkirku tumpah
melelehkan
rindu yang manis, yang resah
aku kagum
pada kerlingmu, asmaraloka
yang berdiri
di depan rumah berpintu kaca-kaca
sedang
mempawah tak juga lelap meski hari tua sudah
di
pontianak, rindu mengulur-ulur waktu
merancang-rancang
perjumpaan setia dan kecup paling panas
aku takluk juga
oleh setiap lengkung garis bibir yang manis
duhai dewi
peri,
apa
sebenarnya yang sudah kau utus sebentar tadi?
singgah
akhirnya aku disini
di
malioboro, hujan masih belum berhenti
sedang aku
yang tersesat sendirian
di antara
belukar pejalan kaki
yang tekun
menjajakan sajak, menarikan puisi
aku tau kau
sembunyi di situ
di antara
lembar-lembar kenang bertahun yang lalu
cukup kau,
cukup aku yang paham akan makna sebuah resah
yang terus
menerus memutik tak tau arah
lama tak kau
kirim sekuntum kabar
mengobrak-abrik
pikiran
membakar
rupamu
menumbuhkan
kealpaan
tapi, apakah
saat ini ada hujan di denpasar?
surabaya
memang panas, cantik
aku percaya
itu
sebab aku
sudah sering bermimpi mengecup keningmu
sebuah
percumbuan yang sia-sia memang
tapi itu justru
nantinya yang paling aku kenang
dan segala
kisah lelap disini
pada sebuah
romantisme sunyi
yang aku
lukis sendiri
yang aku
lukis sendiri…
[o4 - 2013]
mempawah
08.17 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar