Pay Jarot Sujarwo: CERITA SEORANG TUA KEPADA ISTRINYA YANG JUGA TUA
Oleh: Pay Jarot Sujarwo
Kekasih, tiba-tiba saja aku teringat masa lalu.
Masa dimana kita belajar tentang romantisme
Tetapi tidak dengan bunga, senja, juga sepoi angin dan pohon kelapa.
Waktu itu, kita masih teramat muda.
Darah di dada kita sama-sama menyala.
Ada bau mesiu, dentum meriam, popor senapan, juga teriakan merdeka.
Di situlah kemudian kita bertemu.
Di situlah kemudian kita mengenal romantisme. Ada cinta yang berkumandang saat perang meradang.
Cinta ku kepadamu,
Cintamu kepadaku,
Cinta kita kepada bangsa dan negara.
Kekasih, saat itu kakiku terluka terkena serpihan granat musuh.
Kau begitu sigap.
Mengobati lukaku
Tak henti memotivasiku.
Katamu:
Kemerdekaan sudah di depan
Teruslah berjuang
Demi tumpah darah tanah air ini
Berjuanglah tanpa henti.
Seragam putih serta lambang palang merah di lenganmu
Akan selalu kuingat.
Bakti cintamu terhadap pertiwi ini
Tak akan pernah terlupa.
Kekasih, peristiwa itu telah terjadi puluhan tahun lalu.
Ada banyak korban.
Ada banyak penderitaan.
Hingga akhirnya kita berhasil meraih kemerdekaan.
Hari ini, kita tak lagi muda
Tapi kita masih saling mencinta
Hari ini fisik kita terlihat renta
Tapi bakti kita terhadap negara tak akan pernah sirna.
Kau ingat sekarang tanggal berapa kekasih?
Ya, sepuluh november
Kau ingat tentang peristiwa sepuluh november?
Inilah tanggal dimana aku melamarmu
Kita menikah. Membina keluarga
Lalu setelah perisitwa pernikahan,
di depan penghulu dan tamu undangan,
kita sama-sama berikrar:
"Cinta kita sebagai suami istri
Selamanya tak akan pernah mati
Seperti kita mencintai negeri ini."
Pontianak, 10 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar