ALAIDA
aku gambar sekali lagi bibirmu yang rekah
seumpama pagi yang ranum untuk aku kecup diam-diam. tubuhmu jadi unggun di
tengah hutan. aku jadi ingat kenangan yang terbakar sinar bulan. jika kau
tidak; maka mencintai ajal dengan menggandeng tanganmu adalah percuma. cinta
cuma lengking bunyi peluit kereta yang numpang lewat di ambang jendela. maka
biar aku kecup sekali lagi. bibirmu yang penuh duri dalam sajak ini.
[pontianak]
01 – 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar