pagi memang masih terlalu lama
kukira kau akan pergi lagi
menyerta alun gerimis yang mulai berhenti
tak lagi merangkulkan lenganmu atas dadaku
yang masih menyembunyikan buncah setiap jumpa
tapi sungguh, aku tak pernah mengira
dalam tunduk wajahmu kulihat pula sepasang mata berkaca
maka hanya karenamu semata aku mencipta lagi semesta
kucipta lagi sebuah negeri yang penuh bunga
mawar melati menjelma sebuah musim semi
juga edelweis, yang kuturunkan dari puncak rindu tertinggi
dan tenanglah, manis
perjumpaan senja tadi akan tetap kubingkai
sebagai ganti lukisan air mata
yang kucipta tadi, lewat jeda saat pedih turut merentang mimpi
kurasa diammu adalah hujan yang gugur tiba-tiba, manis
yang mencabik, yang menghantam
meski kau tak kemana
merentang sua denganmu, adalah hujan yang gugur tiba-tiba...
8 Mei 2011
01:06 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar