Aku, Bapak, dan
Sekelumit Kenang
: danu priyadi kepada bapak…
pak,
berpuluh tahun yang lalu
adalah
engkau yang kerap bikin aku lelap
lesap dalam
hangat sebuah dekap
laksana
mutiara yang gemerlap leleh keringatmu dalam setiap kerjap
adalah
pesona yang selalu bikin takjub begitu kerap
pak, aku tak
akan pernah lupa
tentang
kenang sebuah cerita menjelang senja
kau menabuh
genderang penuh suka cita
aku memetik
dawai kecapi bhakti dengan penuh tulus dan ridha
lantas kita
nyanyi sama-sama
sebait lagu
hidup yang sungguh alakadarnya
tapi pak,
lagu itu benar bikin aku tak pernah lupa
lihat pak,
lihat
sapi-sapimu
bersimpuh di rumah yang hangat
tak pernah
kurang mereka soal bahagia
sebab
tuannya kasih makan lebih senantiasa
lalu
lihatlah, pak
pepohonan di
sekeliling istana kita
tak pernah lekas
kuning dedaunannya
sebab
jemarimu telaten urus mereka
kasih makan
dan beri cinta tak putus adanya
dan ternyata
Tuhan lain bikin cerita
bapak pergi
terlalu lekas jadi berita
padahal lagu
hidup yang kita nyanyikan belumlah usai
musik yang
kita dendangkan juga belum selesai
sekali lagi
tetes air mataku, pak
sebab
bhaktiku belum sempurna, belum tampak
tak sempat
ku kecup keningmu sekali lagi
lantaran
pergimu cepat sekali
pak,
intiplah dari jendela surga
sapi-sapimu
murung bermuram durja
satu dua
isaknya kedengaran
bikin perih
aku dalam sendirian
pak, lihat
juga sebentar saja
pohon-pohon
terkasihmu turut merunduk
deras air
matanya dalam hembus angin yang sejuk
tak dijumpa
lagi jemari yang ikhlas
yang urus
mereka begitu lekas
ah, bapak
kemarin pagi
kuantar kau pergi
berkunjung
ke rumah Gusti Illahi Robbi
tunggu aku
pak, tunggu kami
sampai pada
waktunya nanti
kita akan
dendangkan lagi musik yang terpaksa terhenti
kita
nyanyikan lagi sebait lagu yang lekas kita sudahi
aku pak,
anakmu
akan
senantiasa kirim cinta sepanjang hari
selamat
jalan, bapak…
Kakanda Redi
…persembahan
sederhana
untuk
seorang sahabat yang ditinggal pergi
: danu
priyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar