Senin, 30 Juni 2014

Nyanyi Sepi, Nyanyi Patah Hati

Kakanda Redi dan Dewi Mustikasari


: lin…


aku mencintaimu…
kunyanyikan syair itu berulang kali dalam sepi
dalam gelap yang membungkam suara nyeri tentang nyanyian patah hati
tapi kau hanya diam. diam dalam remang hayalku yang lebur jadi puisi

dan ketika rasa itu bertepuk sendiri tak bersuara
tinggal aku yang bertanya: akankah seutas harap kosong sebagai tujunya?
lantas akankah aku mengembara menjelma sebagai pungguk yang putus asa?

aku hanya berharap aku tak hidup dalam sebuah mimpi tak berpenghuni
sebuah mimpi yang terkadang terus mencabik-cabik perasaan dan sesekali memaksa air mata menetes, menderas, melumpuhkan segala harap. ah... terlalu jauh engkau
terlalu halus engkau, hingga tangan tak kuasa untuk sekedar meraba...

aku paham. meraba datangmu hanya tinggal kenang.
aku berteriak pada malam: pergi saja kau wahai pengacau jagat hati nan kelam
musnahkan bangkai-bangkai mimpi kelabu di pinggir karam

tapi tidak. kini bangkai-bangkai itu adalah wajahku yang tergambar dalam resah. kini bangkai-bangkai itu adalah rinduku yang tertahan dalam gundah. apa yang harus aku lakukan, lin? haruskah aku berbaring untuk selamanya menjelma sebagai bangkai agar kau percaya bahwa malam ini syair itu terus kunyanyikan berulang kali dalam sepi?

harus aku katakan berapa kali agar kau mengerti, lin
bahwa sisa hidup ini hanya bagimu, peri dalam negeri mimpiku
tapi toh aku paham
tapi toh aku tetap tidak rela ketika munafik menari di sudut bibirmu
hanya untuk melukis garisan senyum di wajahku
oh tidak, tidak…
kau… terlalu halus untuk mencatat sebuah sandiwara cinta
dimana kau adalah pemeran utamanya
aku? ah, sudahlah lin…

kini biar kugambar sendiri reranting kering yang patah. reranting tempatku hinggap lalu terjatuh sendiri. sepi. setelah kalah oleh sebuah pengakuan yang tenang.
ah, lin...
bahkan ujung kuasku pun turut patah, tak mampu lagi melukis senyummu di sore itu

lin…
kini kau adalah nyanyiku dalam sepi
kini kau adalah nyanyiku saat patah hati

Mempawah – Pontianak
28 desember 2013
13.12 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kakanda Redi; Resa dilukis

Kakanda Redi; Resa dilukis
Anak Papito udah gede. Tambah cantik :-*

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi - Dinda Risti - Rhein Reisyaristie
Pulang dari Pantai Kinjil, Ketapang

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie

Kakanda Redi; Rhein Reisyaristie
Ada kucing kesayangan Resa nih.

Kakanda Redi; Resa

Kakanda Redi; Resa
Resa di ruang kerja Mr. Obama

Pondok Es Krim RESA Mempawah

Pondok Es Krim RESA Mempawah
Di-launching tanggal 12 Juni 2017

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Pondok Es Krim Resa Mempawah

Pondok Es Krim Resa Mempawah
Kami menawarkan tempat nongkrong lesehan yang Insyaallah nyaman dan santai. Mari berkunjung di pondok kami. Jalan Bahagia Komp. Ruko 8 Pintu, Mempawah.

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Istri Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Dinda Risti turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA

Anak Kakanda Redi: SAYA INDONESIA SAYA PANCASILA
Rhein Reisyaristie turut memperingati Hari Lahir Pancasila 01 Juni 2017

Mas Redi dan De' Yun

Mas Redi dan De' Yun
Lagi jalan-jalan di Wisata Nusantara Mempawah