:sebait sajak untuk Pak Kung
kutemukan
gambar padi yang subur
dari semburat asap rokok
yang
kental mengepul
bibir
tua kakekku sudah tak
lagi semerah bata
yang
kini senantiasa dihiasi kalam-kalam
cahaya.
kupandangi
wajah tenang yang duduk
bersila di pinggiran pohon
ketela
sungguh,
mataku tak jeli untuk
sekedar membaca
apa yang
saat ini ingin ia punya
karna
keteduhan angkasa memayunginya
menjadi sebuah
rahasia
tiba-tiba
saja aku terlonjak
tersadar
dan bangkit seketika
belum
selayaknya aku bisa merasa
bangga
toh
kelak, dua puluh-tiga puluh tahun
lagi
aku juga seperti
dia
aku tulis puisi ini tujuh tahun yang lalu. Ketika itu, Pak Kung masih sehat. Pak Kung masih kuat berangkat ke kebun untuk memetik sayuran yang dia tanam.
Kini, Pak Kung sudah pergi.
Selamat jalan, Pak Kung. Doaku selalu mengiringi pergimu.
Pak Kung sedang memanen sayur kacang.
Aku dan Pak Kung pulang dari kebun naik gerobak sapi.
Pak Kung sedang memandikan sapinya.
Kini semua tinggal kenangan.
Aku rindu sama Pak Kung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar