Berikut adalah naskah karya DANU PRIYADI yang belom saya apa-apakan. Masih murni karya dia nih.
Si BOCAH di LAMPU MERAH
karya DANU PRIYADI
Menjelang sore
mulailah saatnya menikmati
indahnya kemacetan yang biasa titik rawannya di jembatan kota . Senja kian malam, ketika
menoleh dari kejauhan berdirilah seorang gadis cilik yang sangat cantik terkadang
yang selalu menggunakan jaket panjang, rambut panjang dan sedikit acak-acakan dan
ia memegang sebuah mangkuk plastik untuk tempat ia menadahkan uang di lampu
merah tersebut.
“om minta om” sambil menadahkan mangkuk di tangannya.
ada sedikit pemberian dariku kemudian aku bertanya
“adik tidak ingin sekolah”. Tanyaku penuh menatapnya.
“aku tak layak untuk sekolah”. Jawabnya begitu santai.
sambil melihat rambu lalu lintas yang masih cukup lama kemudian lanjut bertanya
“kenapa adik bisa bicara seperti itu”.
“orang tua ku om”. Jawab dia sambil sedih.
aku penasaran dengan jawaban ia kemudian mengajaknya ke sebuah tempat
“kita minum disitu dulu yuk?” tambah aku.
hanya menganggukkan kepala saja dan mau mengikuti. Sambil memesan minuman aku kembali bertanya.
“ada apa dengan orang tua mu sehingga kamu tak mau sekolah”.
“kenapa om selalu bertanya?om wartawan ya?om polisi ya?”. Jawab ia yang sedikit gemetar.
“tidak, om hampir setiap hari melihatmu berdiri disini. Apa kamu tidak takut sakit?”. Aku kembali bertanya.
“sakit sudah terlalu sering aku lewati sehingga aku sudah terbiasa”.tambahnya lagi.
kemudian minuman datang
“makannya mas?”. Tanya pelayan sambil menyodorkan menu.
“adik mau makan yang mana?”. Tanyaku pada seorang anak kecil tersebut.
“aku telah terbiasa makan apa saja,jadi terserah pilihan om saja”.
“pesan yang ini mbak!” pintaku.
sambil menunggu makanan datang aku kembali bertanya
“jadi,orang tua kamu?”.
“mama saya telah 2 tahun meninggal dan papa saya semenjak 5 tahun yang lalu ia tak pernah pulang. Aku hidup dengan kedua kakakku yg telah sebulan ia sakit”. Jelasnya.
“trus sekarang adik tinggal dimana?”. Tanyaku.
“dibawah jembatan itu om”. Sambil menunjukkan tangan ke arah jembatan tersebut.
hening sejenak, tak lama kemudian makanan datang dan aku membiarkan ia menikmatinya.
sesuap demi sesuap benar-benar ia nikmati sampai akhirnya tak ada sedikit pun yang tersisa dalam piring tersebut.
“om minta om” sambil menadahkan mangkuk di tangannya.
ada sedikit pemberian dariku kemudian aku bertanya
“adik tidak ingin sekolah”. Tanyaku penuh menatapnya.
“aku tak layak untuk sekolah”. Jawabnya begitu santai.
sambil melihat rambu lalu lintas yang masih cukup lama kemudian lanjut bertanya
“kenapa adik bisa bicara seperti itu”.
“orang tua ku om”. Jawab dia sambil sedih.
aku penasaran dengan jawaban ia kemudian mengajaknya ke sebuah tempat
“kita minum disitu dulu yuk?” tambah aku.
hanya menganggukkan kepala saja dan mau mengikuti. Sambil memesan minuman aku kembali bertanya.
“ada apa dengan orang tua mu sehingga kamu tak mau sekolah”.
“kenapa om selalu bertanya?om wartawan ya?om polisi ya?”. Jawab ia yang sedikit gemetar.
“tidak, om hampir setiap hari melihatmu berdiri disini. Apa kamu tidak takut sakit?”. Aku kembali bertanya.
“sakit sudah terlalu sering aku lewati sehingga aku sudah terbiasa”.tambahnya lagi.
kemudian minuman datang
“makannya mas?”. Tanya pelayan sambil menyodorkan menu.
“adik mau makan yang mana?”. Tanyaku pada seorang anak kecil tersebut.
“aku telah terbiasa makan apa saja,jadi terserah pilihan om saja”.
“pesan yang ini mbak!” pintaku.
sambil menunggu makanan datang aku kembali bertanya
“jadi,orang tua kamu?”.
“mama saya telah 2 tahun meninggal dan papa saya semenjak 5 tahun yang lalu ia tak pernah pulang. Aku hidup dengan kedua kakakku yg telah sebulan ia sakit”. Jelasnya.
“trus sekarang adik tinggal dimana?”. Tanyaku.
“dibawah jembatan itu om”. Sambil menunjukkan tangan ke arah jembatan tersebut.
hening sejenak, tak lama kemudian makanan datang dan aku membiarkan ia menikmatinya.
sesuap demi sesuap benar-benar ia nikmati sampai akhirnya tak ada sedikit pun yang tersisa dalam piring tersebut.
“mau
tambah?” tanyaku.
“tidak,terima kasih” sambil tersenyum ia menjawab.
“kelihatannya kamu laper sekali”
“tadi aku sambil bersyukur karena hari ini aku bisa menikmati makanan oleh-Nya dan bertemu dengan anda” jawabnya.
sambil mendengarkan si anak tersebut lanjut bercerita.
“momen seperti ini yang aku inginkan dari dulu,bisa kumpul dengan keluarga, ayah, ibu, kakak, dan aku. Tapi semuanya terbalik, ayah meninggalkan ibu 5 tahun pada saat ibu tak bisa berjalan, kemudian ayah tak kunjung pulang pada saat ibu mengalami sakit, aku benci ayah om,aku benciiii!!”.
“walau bagaimanapun dia tetap ayahmu kan” sambil menenangkan hatinya.
“tapi aku tetap benci dengan ayah yang tak bertanggung jawab dengan keluarga. Kemudian dua tahun lalu ibu meninggalkan aku dan kakakku” menetes pelan dipipi air matanya.
“ini lah alasan aku untuk tidak melanjutkan sekolah. Tak ada yang membiayai ku,tak ada yang memberiku untuk jajan” sambil menunduk.
Waktu kian larut malam si bocah tersebut melanjutkan aktifitasnya dan aku kembali kerumah. Keesokan harinya tak terlihat lagi bocah tersebut hingga dua sampai tiga hari bahkan seminggu tak tampak lagi. Selang sebulan si bocah nongol lagi mukanya tampak sedih kembali bahkan ia seperti tak menginginkan lagi di dunia. Aku semakin akrab dengan bocah tersebut, ku hampiri ia yang sedang duduk di bawah rambu dan bersandar di tiang.
“kemana saja selama ini teman kecilku?”
“aku semakin berat untuk hidup” jawab ia sambil mengangkat muka.
“ada masalah lagi” tanyaku.
kemudian ia menarik tanganku dan seolah mengajakku ke suatu tempat yang sangat jauh dari keramaian. Ia menunjukkan sebuah tempat santai di atas pohon dan di sebelah kirinya terdapat sejumlah kuburan.
“di sini tempatnya indah kan?” tanya nya kepadaku.
“iya, indah sekali. Tau dari mana tempat ini?” aku bertanya-tanya penasaran.
“aku dan kakakku sering bersantai di sini saat aku rindu ibu. Tapi sekarang aku rindu kakakku dan ibu”.
“kenapa tak membawa kakakmu saja kesini?” tanyaku.
“dia ada disini. Itu…” sambil menunjuk ke arah kuburan tersebut yang masih terhias dengan bunga-bunga.
“jadi…?” aku sambil terkejut.
“iya, kakakku telah pergi dua minggu yang lalu. Itu alasan aku tidak berdiri di bawah rambu tersebut berminggu-minggu”. Sambil tersenyum paksa.
Bagaimana??? Lumayan kan??? Lumayan lah daripada Lu Manyun!!!
“tidak,terima kasih” sambil tersenyum ia menjawab.
“kelihatannya kamu laper sekali”
“tadi aku sambil bersyukur karena hari ini aku bisa menikmati makanan oleh-Nya dan bertemu dengan anda” jawabnya.
sambil mendengarkan si anak tersebut lanjut bercerita.
“momen seperti ini yang aku inginkan dari dulu,bisa kumpul dengan keluarga, ayah, ibu, kakak, dan aku. Tapi semuanya terbalik, ayah meninggalkan ibu 5 tahun pada saat ibu tak bisa berjalan, kemudian ayah tak kunjung pulang pada saat ibu mengalami sakit, aku benci ayah om,aku benciiii!!”.
“walau bagaimanapun dia tetap ayahmu kan” sambil menenangkan hatinya.
“tapi aku tetap benci dengan ayah yang tak bertanggung jawab dengan keluarga. Kemudian dua tahun lalu ibu meninggalkan aku dan kakakku” menetes pelan dipipi air matanya.
“ini lah alasan aku untuk tidak melanjutkan sekolah. Tak ada yang membiayai ku,tak ada yang memberiku untuk jajan” sambil menunduk.
Waktu kian larut malam si bocah tersebut melanjutkan aktifitasnya dan aku kembali kerumah. Keesokan harinya tak terlihat lagi bocah tersebut hingga dua sampai tiga hari bahkan seminggu tak tampak lagi. Selang sebulan si bocah nongol lagi mukanya tampak sedih kembali bahkan ia seperti tak menginginkan lagi di dunia. Aku semakin akrab dengan bocah tersebut, ku hampiri ia yang sedang duduk di bawah rambu dan bersandar di tiang.
“kemana saja selama ini teman kecilku?”
“aku semakin berat untuk hidup” jawab ia sambil mengangkat muka.
“ada masalah lagi” tanyaku.
kemudian ia menarik tanganku dan seolah mengajakku ke suatu tempat yang sangat jauh dari keramaian. Ia menunjukkan sebuah tempat santai di atas pohon dan di sebelah kirinya terdapat sejumlah kuburan.
“di sini tempatnya indah kan?” tanya nya kepadaku.
“iya, indah sekali. Tau dari mana tempat ini?” aku bertanya-tanya penasaran.
“aku dan kakakku sering bersantai di sini saat aku rindu ibu. Tapi sekarang aku rindu kakakku dan ibu”.
“kenapa tak membawa kakakmu saja kesini?” tanyaku.
“dia ada disini. Itu…” sambil menunjuk ke arah kuburan tersebut yang masih terhias dengan bunga-bunga.
“jadi…?” aku sambil terkejut.
“iya, kakakku telah pergi dua minggu yang lalu. Itu alasan aku tidak berdiri di bawah rambu tersebut berminggu-minggu”. Sambil tersenyum paksa.
Bagaimana??? Lumayan kan??? Lumayan lah daripada Lu Manyun!!!
Oke Danu, terus nulis ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar