Nenek berkisah, sekali
waktu
ketika gerimis
mendendang di atap rumah, bertalu-talu
ketika Ramadhan hampir
masuk tanggal satu
: Ramadhan di kampung ini, dulu sekali
adalah musim
bunga, mekar warna-warni
adalah musim suka
cita, musim-musim jadi pelangi
perjumpaan malam
tak pernah sepi
langgar-langgar
sesak oleh ayat suci
kita mengaji… kita mengaji…
tadarus mengalir
di sela sunyi
Nenek berkisah, sekali
masa
sambil menghitung
gerimis yang lama
sekian menit, tak juga
reda
: kampung terjaga, tak pernah tidur, Cu…
kentongan
sahut-menyahut, tiap pukul satu
sahur… sahur…
adalah lagu paling merdu
mata terjaga sampai subuh di tepi
kita mengaji… kita mengaji…
tadarus mengalir lagi di sela sepi
Lalu nenek menatap
senja
nyalang mata nenek
kesana-kemari
sibuk mencari
garis-garis pelangi
garis musim-musim
setiap Ramadhan dulu itu
kini pudar tinggal
kenang dan cerita paling kelu
: Ramadhan di kampung ini, sebentar lagi, Cu…
adalah kesepian
seperti Ramadhan setahun yang lalu
langgar-langgar
sepi ayat suci
mengaji juga kini
sekali-sekali
kentongan mati
setiap pukul satu
sebab penabuhnya
sibuk tidur melulu
Ah, Cucuku…
barangkali masa
memang sudah berganti
tadarus mengaji
kalah oleh lagu di televisi.
Kota
Baru, Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar