LAYANG-LAYANG
Oleh: Redia Yosianto
anakku bertanya:
musim kemarau adalah musim layang-layang
turun-temurun dari jaman datuk sampai sekarang
apa benar demikian?
aku harus bilang apa, selain anggukan?
anakku lalu bilang:
musim layang-layang kali ini tidak bikin senang
layang-layang baru terbang sejengkal benang
tapi layang-layang sudah hilang
lihatlah anakku,
langit sebelah barat hitam pekat
matahari senyap coklat pucat
ah, layang-layangmu menangis, nak, kehilangan tempat
selalu saja begini
menjelang musim bakar bulan juni
hutan berkobar-kobar
asap menampar-nampar
di tengah padang, layang-layang hilang kendali
samar sekali kelihatannya dari sini
sudahlah nak,
biar layang-layangmu bebas menentukan hidupnya sendiri
menata abjad-abjad, mencipta sajak sebuah elegi
mari kita pulang, langit sudah gelap memudar
padahal hari belumlah sore benar
Pontianak, April 2012
- Redia Yosianto, lahir di Jembrana, Bali, pada tahun 1985. Gemar menulis cerita pendek dan puisi. Beberapa tulisannya dimuat di media massa lokal seperti Pontianak Post dan Equator. Pernah menerbitkan antologi cerita pendek yang berjudul Coretan di Langit Kapuas bersama beberapa penulis muda Kalimantan Barat di bawah organisasi kepenulisan Lentera Community. Kini menetap di Kota Baru, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar