Adalah dua orang anak muda, Redi dan Rendra, yang sangat berambisi membentuk sebuah band yang diharapkan
nantinya bakal bersaing dengan band-band papan atas, sebut saja Peterpan, Padi,
Dewa, Sheila On 7, dll. Bukan hanya sekedar omong kosong belaka. Pada
pertengahan tahun 2004 keduanya mulai merintis cita-cita. MIZTIK BAND yang didirikan Rendra adalah langkah awal dalam
mewujudkan mimpi. Bersama Syaiful(vocal) dan Hardi (drum), dimulailah langkah
pertama. Rendra yang mempunyai basic drum justru memilih untuk menempati posisi
gitaris dan Redi yang awalnya memainkan gitar kini mulai mencoba skill bermain
bass. Hasilnya? Miztik sama sekali tidak menghasilkan apa-apa. Band ini bubar
begitu saja tanpa pernah mencoba satu pentaspun sebagai ajang unjuk gigi.
Ambisi untuk mengaransemen lagu-lagu
sendiri ternyata mengalahkan rasa trauma dalam membentuk sebuah band baru. Buktinya
Rendra dan Redi tak hanya berhenti sampai di situ saja. Terpuruk di Miztik,
keduanya tidak jera sedikitpun untuk mencoba hal baru.
Awal
tahun 2005, Rendra dan Redi kembali mengatur langkah. Berhasil menggandeng Rovi (gitar) dan Rabdi (gitar, vokal), mereka mulai masuk studio untuk melanjutkan
mimpi yang sempat tertahan. Rendra kembali ke basic awal, yaitu drum. Sementara
Redi masih pada posisi yang dulu, yaitu bass. Keempatnya mencoba mengaransemen
lagu ciptaan sendiri. Lagu KUBAYANGKAN
yang dicipta oleh Rendra berhasil diaransemen dengan sentuhan minimalis namun
berkesan megah. Sungguh, suatu langkah yang kian bagus buat keempat anak muda
ini.
Tak
lama berselang, Eza (eks keyboardist
BARDEZ BAND) bergabung. Formasi terakhir yang dianggap solid inipun kembali
mengaransemen lagu ciptaan sendiri sambil sesekali memainkan lagu dari
band-band lain. Radja, Peterpan, Ada Band, Ungu, Muse, Cold Play, dll adalah
sederet band papan atas Indonesia dan dunia yang menjadi kiblat kelima anak
muda yang masih dalam masa pencarian jati diri ini. Lagu-lagu yang sederhana
namun menyentuh adalah lagu-lagu yang sering mereka mainkan. Malah lagu-lagu
yang mereka ciptakan bernuansa sama, lembut dan menyentuh.
Sempat
timbul pro dan kontra diantara para personil dalam memberi nama band. Pernah
memakai nama CEREMONY, namun
akhirnya nama ini mereka tinggalkan. Gantinya? Pada tanggal 25 Mei 2005 disepakatilah sebuah nama
yang dirasa akan membawa keberuntungan. THE
ARTHUR BAND. Nama yang diambil
dari seorang ksatria pedang yang tangguh. Ini tentu saja bukan tanpa maksud.
Dipilihnya nama Arthur diharapkan kelak band inipun akan tangguh seperti nama
yang disandang. Yach…itulah The Arthur Band yang digawangi oleh Rendra (drum),
Redi (bass), Rovi (gitar), Rabdi (gitar), dan Eza (keyboard).
Kenyataannya
masalah masih saja menyertai. Arthur belum memiliki vokalis tetap. Selama
latihan, vocal masih diisi oleh Rabdi dan Redi. Ini jelas bermasalah.
Sempat
hadir nama-nama seperti Dian, Rudy,
bahkan vokalis cewek, Putri,
ditampilkan untuk mengisi posisi vocal yang masih kosong. Dian sendiri sempat
ditampilkan sebagai additional vocal saat The Arthur Band diundang untuk tampil
versi akustik mengisi acara pembukaan Pahim di kampus FKIP. Merasa karakter
vocal ketiganya masih belum sesuai dengan lagu-lagu yang dimainkan Arthur, maka
ketiganya dilepas.
Pada
tanggal 09 Oktober 2005, lagu BIAS CINTA
diaransemen sekaligus say welcome buat Arie,
vocal bersuara khas yang berhasil direkrut. Bergabungnya Arie semakin
menyempurnakan The Arthur Band. Maka tanpa beban lagi, pada tanggal 16 Oktober 2005 lagu BUNGA dan BINTANG HATI diaransemen. Baru kemudian menyusul TAK BISA TANPAMU, KERAGUAN, TENTANG
HATINYA, dan KARENA SIFATMU.
Tidak
puas dengan itu semua, Arthur mencoba nekat merekam lagu-lagu yang sudah mereka
ciptakan. Dibantu oleh Ferdy gitaris Lemon Tea,
tiga lagu Arthur berhasil direkam. Ketiga lagu tersebut diantaranya adalah
Bunga, Tak Bisa Tanpamu, dan Bias Cinta. Sayang sekali bahwa kesuksesan
sementara ini harus dibayar mahal. Pada awal Januari 2006, Rovi memilih
meninggalkan band di saat tenaganya benar-benar dibutuhkan. Jadilah kemudian
Arthur mengepakkan sayap lebih jauh minus Rovi.
Demo
lagu yang sudah diaransemen mulai jadi prioritas utama. Sejumlah radio
terkemuka menjadi sasaran. Alhasil, pada bulan Maret 2006, The Arthur Band diundang untuk wawancara di Radio Swara Prima. Moment ini sekaligus
dimanfaatkan sebagai ajang memperkenalkan lagu-lagu mereka. Realisasinya sudah
jelas. Pada bulan April 2006, lagu-lagu Arthur mulai sering di request oleh
pendengar radio. Bahkan Delta Radio, channel yang selalu stand by untuk acara
musik, juga sering memutar lagu-lagu
mereka. Sejenak, kelima anak muda ini boleh bernapas lega.
Merasa
tidak nyaman bermain dengan satu gitar, Arthur mengambil langkah bijak dengan
menggandeng Guntur yang ditempatkan
sebagai additional player mengisi posisi gitar yang ditinggalkan oleh Rovi.
Formasi band yang kelima ini kemudian mulai melangkah lebih jauh dengan semakin
giat mencipta dan mengaransemen lagu. Hasilnya memang tidak mengecewakan.
Pada
tanggal 22 Mei 2006, Bengkel Seni Fisip merayakan ultahnya yang ke-8.
Perhelatan akbar pun diadakan dengan menggelar acara pentas seni musik yang
dimeriahkan oleh band-band indie Pontianak. Arthur jelas ikut ambil bagian di
acara ini. Dengan membawakan tiga lagu karya mereka, Arthur berhasil mencuri
perhatian publik.
Tanggal
25 Mei 2006, The Arthur Band merayakan ultah yang ke-1. bertempat di Aula FKIP Untan dan bekerja sama dengan Sanggar Kiprah FKIP Untan, juga Radio Swara Prima sebagai official
radio partner, Arthur memberanikan diri menggelar acara. Meskipun terkesan
minimalis, namun acara ini sebenarnya memang layak untuk dikenang dan dijadikan
teladan oleh band-band indie Pontianak. Selain penampilan dari Arthur sendiri,
juga turut memeriahkan band-band indie Pontianak seperti Capsule, Cabinet,
Esporadise, dan sejumlah band lainnya. Bahkan broadcaster Swara Prima, Echie, menyempatkan diri untuk hadir di
acara ini.
Ultah
yang mengusung tema Ngejamp Bareng
Arthur ini juga diisi dengan acara sekilas perjalanan band dan bagi-bagi
sticker Arthur. Di acara ini juga, Guntur resmi
direkrut sebagai personil tetap
Arthur.
Sukses
menjajal ajang indie di radio, ternyata belum mendatangkan rasa puas di hati
peronil Arthur. Bulan Agustus 2006, Arthur menjajal pentas festival untuk kali
pertama. Sekali lagi, Arthur harus kehilangan salah seorang personilnya disaat band
ini benar-benar focus mempersiapkan diri untuk ikut festival. Arie, sang vocal
disibukkan oleh urusan studinya dan memilih untuk hengkang. Padahal festival
tinggal dua hari lagi.
Kehilangan
vocal disaat yang kritis seperti itu tidak menyurutkan niat anak-anak Arthur
untuk terus maju. Nekat menggandeng
Frans, vocalis café D’ Zhu, Arthur pun melanjutkan perjuangan. Meskipun
pentas ini tidak membuahkan hasil apa-apa, tapi Arthur merasa puas langkahnya
tidak tersandung batu ditengah jalan. Setidaknya mereka tidak menggagalkan
penampilan pertama mereka di ajang festival.
September 2006, The Arthur Band kembali
kehilangan salah satu pendirinya. Redi (bassist) mengundurkan diri dengan alasan yang dapat
ditolerir : sibuk dengan urusan kuliah. Kekosongan pada posisi ini tidak
berlangsung lama. Sandy direkrut
untuk mengisi posisi bassist yang ditinggalkan Redi.
Formasi
terakhir ternyata hanya mampu bertahan selama satu bulan lebih. Tepat
pertengahan Oktober 2006, Guntur hengkang dari Arthur. Keadaan ini semakin
memperparah kondisi. Keberadaan The Arthur Band semakin tenggelam justru saat
lagu Bunga yang mereka pasang
sebagai single hits sedang berada di puncak klasemen top ten Indie Pontianak.
Kevakuman semakin memuncak, sampai pada akhirnya pada 19 Januari 2007, The
Arthur Band resmi dibubarkan oleh para pendiri seperti Redi, Rendra, Reza, dan
Rabdi, yang menyempatkan diri untuk berkumpul kembali. Lantas apakah hanya akan sampai disini saja
perjuangan mereka?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar