Label
SAJAK
(89)
KARYA KAKANDA REDI
(60)
CERITA PENDEK
(59)
GALERI
(49)
KISAH
(47)
KARYA TEMEN
(24)
ARTIKEL
(13)
MATERI PELAJARAN BAHASA INDONESIA
(11)
JALAN-JALAN
(10)
PROFIL SASTRAWAN
(4)
NOVEL
(3)
LIRIK LAGU BAGUS
(1)
Sabtu, 25 Januari 2014
Calon Penulis
Nak, sudah lama bapak mengumpulkan buku-buku sastra. Selain memang karena bapak senang membaca, tujuan bapak mengoleksi buku-buku bagus adalah agar kelak kau suka membacanya.
Tak apa jika nantinya kau tak berminat pada dunia tulis-menulis seperti bapakmu ini. Bapak tak hendak memaksamu untuk jadi penulis. Namun, seandainya nanti kau suka menulis dan bahkan memutuskan untuk jadi penulis, bapak akan sangat berbahagia sekali, Anakku...
Sekarang, bongkarlah buku-buku bapak yang ada di rak itu. Buka, lihat isinya...
Tak apa jika nantinya kau tak berminat pada dunia tulis-menulis seperti bapakmu ini. Bapak tak hendak memaksamu untuk jadi penulis. Namun, seandainya nanti kau suka menulis dan bahkan memutuskan untuk jadi penulis, bapak akan sangat berbahagia sekali, Anakku...
Sekarang, bongkarlah buku-buku bapak yang ada di rak itu. Buka, lihat isinya...
Kakanda Redi: Resa Belajar Masak
Manjat dulu aaaahhh. Mau cek kompor, idup gak ya???
Ohhh, idup ternyata. Ngggg... mau masak apa ya???
Aduuuuuh, belom apa-apa tanganku udah cemot.
Cuci ah...
Ohhh, idup ternyata. Ngggg... mau masak apa ya???
Aduuuuuh, belom apa-apa tanganku udah cemot.
Cuci ah...
Kakanda Redi: Resa Sudah Gede
Anak bapak udah gede nih...
Udah 1 tahun 2 bulan umurnya. Udah pinter bergaya kalo dipoto. Hahahahahahaaaa...
Semoga Resa sehat selalu ya. Cepet besar. Tambah pintar. Amien...
Bapak sayang Resa.
Kakanda Redi: Maafkan Bapak, Anakku
Setiap kali memandang wajahmu saat kau tertidur, seketika itu pula terbit rasa belasku padamu, Nak. Sambil kerap pula aku merenungkan kembali segala hal yang sudah terjadi, tentang segala lakumu yang kerap kutanggapi dengan emosi. Padahal, engkau masih sekecil ini. Masih belum paham arti bentak dan marahku yang sering tak tertahankan.
Beberapa waktu yang lalu, kumarahi engkau saat kau minta dibukakan toples roti. Kucegah, dengan alasan, toh tak akan kau makan juga roti itu. Kau menangis kencang sekali sambil masih juga memaksa minta dibukakan tempat roti. Aku kesal. Toples itu kulemparkan ke luar kamar. Tangismu kian menjadi. Kubiarkan kau, sampai akhirnya ibumu turut berusaha mendiamkanmu. Tapi, kau tak juga diam.
Kau beranjak, menolak diberi susu. Kau keluar, menghampiri toples roti yang kulempar sebentar tadi. Kau bawa masuk dan kau sodorkan padaku sekali lagi. Ah, anakku, padahal jika kubuka sejak tadi, tentu tak akan kau menangis tersedu-sedu.
Kupandangi kau saat dengan bahagianya mengobrak-abrik isi toples. Kubiarkan lakumu, tak kumarahi, tak juga aku protes. Sesalku sudah terlanjur terbit. Hatiku haru saat kulihat kau mengunyah roti itu sedikit demi sedikit. Anakku, maafkan bapak.
Kini, saat kau gelisah dalam tidurmu, sesekali kukecup pipi dan keningmu yang lembut. Tak terasa tetes juga air mataku. Bapakmu ini kerap tak sabar, kerap emosi dalam mendidik dan membesarkanmu. Padahal, saat kau jauh, betapa kangenku padamu, Nak, seperti tak terkatakan lagi.
Maafkan bapak, Nak. Maafkan bapak yang sering marah. Maafkan bapak yang kerap emosi. Bapak berjanji, bapak akan belajar jadi lebih sabar lagi. Bapak janji, Nak.
Bapak sayang Resa.
Kota Baru, 26 Januari 2014
02.15 WIB
Langganan:
Postingan (Atom)