26 Februari
2004. Tanggal ini adalah tanggal dimana kisah kami dimulai. Segalanya sungguh
di luar dugaan, di luar sekenario, di luar apa yang diinginkan. Beneran ini…
Aku, pada
mulanya, mengenal Risti hanyalah sebatas teman kuliah satu angkatan, satu
kelas, dan sering duduk bersebelahan. Tak ada sedikitpun perasaan suka atau
apalah namanya. Justru, yang sering terjadi adalah, kami sering bertengkar. Aku
sudah dua kali bikin dia menangis. Hahahaaa… tentu saja ini lucu. Gak temenan,
malah berantem dan nangis. Kami tidak pernah ngobrol sebagai sahabat. Ketemu saja
cukup dengan saling tatap dan menghindar sesudahnya.
Banyak hal
yang membuat aku dan Risti gak cocok. Sungguh. Misalnya nih, aku orangnya rame,
sedangkan Risti cenderung pendiam dan pasif. Dan, dia itu cengeng. Huaaaaahahahahaaa…
Yang lain? Banyak. Jika aku ceritakan, justru semakin kentara kalo kami beda.
Namun,
lambat laun aku merasakan ada yang berubah. Risti selalu hadir di setiap
hariku. Entah kenapa. Cieeeeeeee… Sampai pada akhirnya, kami, angkatan 2003,
berangkat ke Sintang untuk kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat pada pertengahan
Februari 2004. Di Sintang inilah benih-benih cinta mulai muncul. Hahahaaaa…
Sepulang dari
Sintang, kami masih malu-malu. Kami masih tidak saling bicara. Ketemu ya
gitu-gitu saja lah. Tak ada yang istimewa. Tapi… tapi… aku sudah nelpon Risti
beberapa kali. Hihihihihihihihi…
Suatu hari,
aku sakit dan gak kuliah sampe tiga hari. Yang aku gak nyangka, temen-temen
pada nyusul ke kost. Yang nyusul cewek semua. Hahahahahaaa… emang keparat tuh temen-temen
yang cowok.
Saat aku
lihat di antara mereka gak ada Risti, aku mulai kehilangan semangat. Kutanyain,
mana tuh cewek? Eeeh, rupanya dia nunggu di… pokoknya jauh deh dari kost. Takut
dia ketemu sama aku.
Aku bilang
ke temen-temen yang lagi ngerumpi, aku pinjem sebentar si Risti ini. Oke, Risti
aku bawa ke kedai es yang mangkal di depan masjid Untan. Kami minum. Berbincang
dengan suasana dan kalimat yang kaku. Terutama aku. Aku pengeeeeen bener bilang
kalo aku suka sama nih bocah. Tapi aku malu. Gak, gak malu sama Risti, tapi
malu sama mamang penjual es. Kwaaaakakakakakakakakakakakakakakakak…
Gagal di
kedai es, aku ajak kabur nih bocah. Saking gak tahannya, aku berhenti di
puskesmas Untan yang gak jauh dari kost. Aku nyatain cinta di tempat yang gak
senonoh ini. Dan, DITERIMA.
Keren kan???
Keren banget lah. Pasangan mana coba yang jadian di halaman puskesmas selain
kami? Secara tuh tempat sangat gak romantis.
Setelah kami
jadian, banyak hal yang terjadi. Tapi aku dan Risti ngerti gimana supaya
masalah-masalah yang muncul itu gak bikin kami jauh. Kami tetep jalan
sama-sama, apapun halangan yang ada di depan. Gak ada yang bisa bikin kami
renggang.
26 November 2011.
Aku dan Risti menikah. Mantap lah kan??? Heheheee… cinta kami sampe juga ke
pelaminan. Malah, cinta kami udah membuahkan seorang putri kecil yang cantik,
sama seperti ibunya.
Hari ini, 26
Februari 2014, aku cuma mau bilang kalo aku bahagia. Terima kasih ya Allah atas
kebahagiaan yang sudah Engkau kasih ke kami ini. Semoga kisah kami ini gak
hanya berhenti di angka sepuluh saja, tapi sampai nanti, sampai kami menua dan
mati. Amin.
26 Februari
2014
Redi - Risti